JENIS-JENIS EKOSISTEM DAN KOMODITI DI SUMATERA SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Ibu kota dari Provinsi Sumatera Selatan adalah kota Palembang yang telah terkenal sejak dahulu menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes dan tempoyak.
Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1 derajat sampai 4 derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 87.017.41 km². Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Secara topografi, wilayah Provinsi Sumatera Selatan di pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin ke Barat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih masuk kedalam wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana terdapat bukti barisan yang membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 900 - 1.200 meter diatas permukaan laut (mdpl). Bukit barisan terdiri atas puncak Gunung Dempo (3.159 mdpl), Gunung Seminung (1.964 mdpl), Gunung Patah (1.107 mdpl) dan Gunung Bengkuk (2.125mdpl). Disebelah Barat Bukit Barisan merupakan lereng.
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sunga Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi.
Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 (tiga belas) Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota. Pemerintah Kabupaten dan Kota membawahi Pemerintah Kecamatan dan Desa / Kelurahan, yang memiliki 13 Kabupaten, 4 Kotamadya, 212 Kecamatan, 354 Kelurahan, 2.589 Desa. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas 16.905,32 Ha, diikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477 Ha.
Luas lahan di Provinsi Sumatera Selatan 9.159.200 ha dengan cakupan hutan dan lahan gambut 1.055.447 ha. Kawasan yang dilindungi seperti Hutan Rawa Gambut Merang, Taman Nasional Sembilang, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Signifikansi keanekaragaman hayati di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Taman Nasional Sembilang dengan luas 380.00 ha yang merupakan habitat bagi 35 spesies langka dunia dan merupakan kumpulan burung laut paling kompleks di dunia. Hutan Rawa Gambut Merang adalah rawa gambut yang berdekatan di propinsi ini dan merupakan rumah bagi dua spesies burung yang hampir punah. Ancaman bagi hutan dan lahan gambut yang ada di Provinsi Sumatera Selatan antara lain : Penebangan komersil, Pertambangan batu bara, Perkebunan kertas pulp, Perkebunan petani skala kecil (lebih dari 700.000 ha lahan di Sumatera Selatan telah diubah menjadi wilayah karet petani skala kecil).
Lebih dari 60% ekonomi Sumatera berasal dari eksploitasi sumber daya alam, termasuk pertambangan batu bara, gas, minyak dan kapur. Sumatera Selatan memiliki setengah sumber batu bara di Indonesia dan merupakan pengekspor gas alam cair terbesar ketiga di dunia. Pertambangan terjadi sama dalam skala kecil, dengan perkiraan 20.000 penambang emas skala kecil di daerah. Manufaktur dan infrastruktur terus meningkat di provinsi ini, dan ketiga di Indonesia untuk mendapatkan izin konstruksi. Bagi banyak masyarakat lokal pertanian, terutama padi dan hasil panen petani kecil cukup menghasilkan. Sumatera Selatan merupakan provinsi andalan dalam petani kecil kopi dan produksi karet, namun kelapa sawit, teh, dan tebu juga merupakan tanaman umum.
Aktivitas utama ekonomi Provinsi Sumatera Selatan 32% dari GDP: Pertambangan (batu bara, gas, minyak, kapur dan bijih besii), 18% Manufaktur, 15% Pertanian (padi dan jagung), Perkebunan (karet, kopi, teh, tebu, kelapa sawit), Perikanan  pedalaman, Transportasi, komunikasi, perdagangan dan retail. Berdasarkan harga berlaku dengan migas, terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap PDRB. Pada tahun 2010, empat sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian serta sektor perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada Tahun 2010 kontribusi masing-masing sektor diatas secara berurutan adalah 23,67%, 21,62%, 16,85%, 12,70%.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Apa saja jenis-jenis ekosistem yang ada di Sumatera Selatan ?
2)      Komoditi apa saja yang ada di wilayah ekosistem Sumatera Selatan ?
3)      Apa perbedaan usahatani padi di lahan rawa lebak, rawa pasang surut, rawa tadah hujan dan rawa irigasi ?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Untuk mengethaui  jenis-jenis ekosistem yang ada di Sumatera Selatan
2)      Untuk mengetahui jenis komoditi apa saja yang ada di wilayah ekosistem Sumatera Selatan
3)      Untuk mengethaui perbedaan usahatani padi di lahan rawa lebak, rawa pasang surut, rawa tadah hujan dan rawa irigasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Ekologi
Istilah ekologi pertama kali dikenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu. Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang hidup dan tidak hidup disekitar makhluk hidup tertentu.  Makhluk hidup dipelajari dalam enam jenjang yang berbeda, yaitu:
1)      Individu, makhluk hidup tunggal yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Contohnya: seorang manusia, seekor kambing, dan satu pohon jeruk.
2)      Populasi, sekelompok individu dari satu species.
3)      Komunitas, berbagai populasi dari species yang berbeda hidupbersama.
4)      Ekosistem, satu kelompok yang mempunyai ciri khas tersendiri yang terdiri dari beberapa komunitas yang berbeda.
5)      Bioma, berbagai ekosistem yang terdapat di wilayah geografis yang sama dengan iklim dan kondisi lingkungan yang sama.
6)      Biosfer, semua bioma yang ada di bumi yang membentuk tingkatan tertinggi dalam jenjang kehidupan.

2.2    Ekosistem
Istilah ekosistem pertama kali diperkenalkan oleh A.G. Tansley seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris. Ciri ekosistem adalah sebagai berikut,
1)      Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau panas bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal.
2)      Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk materi organik.
3)      Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan lingkungannya.
4)      Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.
Makhluk hidup di alam merupakan suatu sistem. Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi antara individu dengan individu, populasi dengan populasi jenis lain, dan komunitas dengan lingkungan abiotiknya. Kehidupan semua jenis makhluk hidup yang saling mempengaruhi serta berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan yang disebut ekosistem. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (Pratiwi, 2006).
2.2.1   Komponen Ekosistem
Lingkungan sangat mempengaruhi ekosistem. Lingkungan dibedakan
menjadi lingkungan biotik dan abiotik.
1)      Komponen Biotik
Ekosistem adalah suatu sistem yang saling terkait antara organisme hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya. Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh populasi yang berinteraksi dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada suatu lingkungan adalah penyerbukan bunga oleh angin. Komponen biotik dapat dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut :
a)        Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil.
b)        Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai sumber energinya. Berdasarkan jenis makannya konsimen dibagi menjadi:
-       Herbivor, konsumen yang memakan tumbuhan. Contohnya:sapi, kambing, dan kelinci.
-       Karnivor, konsumen yang memakan hewan lain. Contohnya: harimau, serigala, dan macan.
-       Omnivor, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan. Contohnya: manusia dan tikus.
c)        Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati. Contohnya: bakteri dan jamur.
d)       Detrivor, merupakan organisme yang memakan partikel-partikel organik atau detritus. Detritus merupakan hancuran jaringan hewan dan tumbuhan. Organisme detritivor antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut dan kutu kayu (Pratiwi. 2006).

2)      Komponen Abiotik
Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen abiotik untuk makhluk hidup adalah sebgai berikut:
a)         Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya.
b)        Sebagai faktor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme. Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan jenis organisme yang hidup di padang pasir. Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya: air, cahaya matahari, oksisgen, suhu, dan tanah.

2.3    Jenis-Jenis Ekosistem
2.3.1   Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Secara garis besar ekosistem alami dibedakan men­jadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
1)   Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu Bioma Gurun, Bioma Padang Rumput, Bioma Hutan Hujan Tropik, Bioma Hutan Gugur, Bioma Taiga, Bioma Tundra
2)   Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut :
a.    Ekosistem Air Tawar, terdiri dari : Danau, Rawa dan Sungai.
b.    Ekosistem Air Laut : Ekosistem Laut, Ekosistem Pantai, Ekosistem Estuari, Ekosistem Terumbu Karang

2.3.2   Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan memiliki ciri-ciri yaitu komponen penyusun yang ada di dalamnya memperoleh energi dari luar ekosistemnya, memiliki keanekaragaman hayati yang rendah, serta hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya lebih banyak didominasi oleh perlakuan manusia.
1)   Ekosistem Bendungan
Ekosistem bendungan adalah suatu ekosistem buatan berupa bangunan penahan atau penimbun air yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti irigasi, tempat rekreasi, pembangkit listrik, dan sarana olahraga. Selain itu, bendungan juga merupakan ekosistem baru yang dihasilkan dari substrat dasar yang berasal dari kebun, sawah, atau hutan dengan sifat geologis yang berbeda-beda.
2)   Ekosistem Sawah
Ekosistem sawah adalah ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman padi. Secara fisik, ekosistem sawah memiliki permukaan yang rata, dilengkapi pematang, dan hamparan tanaman padi. Ekosistem sawah memiliki tanah dengan kondisi yang sedikit berair, karena tanaman padi memang suka kondisi yang demikian. Dalam ekosistem sawah, kita juga dapat menemukan berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang saling melakukan interaksi dengan tanaman padi yang ditanam. Organisme pengganggu tanaman seperti hama dan gulma keberadaannya sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan manusia pada ekosistem ini.
3)   Ekosistem Hutan Tanaman Produksi
Ekosistem hutan tanaman adalah ekosistem buatan dengan vegetasi yang terdiri atas tanaman budidaya yang dengan sengaja ditanam di kawasan tertentu. Umumnya jenis tanaman yang dibudidayakan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti tanaman mahoni, jati, pinus, damar, kelapa sawit, karet, dan lain sebagainya.
4)   Ekosistem Pemukiman
Ekosistem pemukiman adalah ekosistem buatan yang sengaja dibangun sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian serta sebagai kegiatan yang mendukung berlangsungnya kehidupan manusia. Yang termasuk ekosistem pemukiman misalnya kawasan perkotaan, pedesaan, dan lain sebagainya.
5)   Ekosistem Tambak
Ekosistem tambak adalah ekosistem buatan yang sengaja diciptakan untuk keperluan budidaya perikanan. Ekosistem tambak berupa kolam buatan yang biasanya berada di daerah pantai. Kolam ini diisi air dan dimanfaatkan sebagai media budidaya berbagai jenis ikan, kerang, atau udang.















BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Kabupaten Banyuasin
1)   Ekosistem Perairan
Kawasan perairan mangrove Sungai Sembilang, Banyuasin merupakan perairan yang cukup produktif sebagai daerah pemasaran perikan Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai wilayah sosial ekonomi perikanan Sungai Sembilang Banyuasin mencerminkan bahwa potensi perikanan di Sungai Sembilang cukup tinggi untuk perairan Provinsi Sumatera Selatan. Produksi yang menonjol yaitu udang dogol (Metapenaeus sp) dan udang jerbung (Penaeaus merguiensis) sebanyak 2.236,40 ton, kerang (Anadara spp) sebanyak 130 ton, kepiting bakau (Scylla serrata) sebanyak 2.160 ton dan ikan sebanyak 30.373,0 ton yang dilaporkan oleh dinas perikanan setempat. Perairan Musi Banyuasin menghadap ke perairan Laut Cina Selatan yang potensinya diperkirakan sebanyak 655.700 ton ikan demersal, 506.000 ton ikan pelagis kecil, 11.200 ton udang penaied, cumi-cumi 2.700 ton, ikan tongkol 2.100 ton dan ikan tenggiri 17.600 ton. Tiga perusahaan perikanan yang cukup besar berada di lokasi yaitu PT. Bintang Timur, PT. Lola Mina, dan PT. Asian yang siap menampung hasil  tangkapan nelayan dan mengekspornya.
Taman Nasional Sembilang adalah taman nasional yang terletak di pesisir provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Taman nasional ini memiliki luas sebesar 2.051 km². Taman Nasional Sembilang merupakan habitat bagi harimau Sumatra, gajah Asia, tapir Asia, siamang, kucing emas, rusa Sambar, buaya muara, ikan Sembilang, penyu air tawar raksasa, lumba-lumba air tawar dan berbagai spesies burung.
Taman Nasional Sembilang terdiri dari hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar dan hutan riparian di Provinsi Sumatera Selatan. Berbagai macam tanaman darat dan air tumbuh di taman ini, termasuk gajah paku (Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans), cemara Laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus tectorius), Laut waru (Hibiscus tiliaceus), Nibung (Oncosperma tigillaria), jelutung (Jelutung), menggeris (Koompassia excelsa), Gelam tikus (Syzygium inophylla), Rhizophora sp, Sonneratia alba,. dan gimnorrhiza Bruguiera.
Pesisir dan kawasan hutan, terutama di Sembilang dan Semenanjung Banyuasin, merupakan habitat bagi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Asia (Elephas maximus sumatranus), Malayan tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), kucing emas (Catopuma temminckii temminckii), rusa sambar (Cervus unicolor equinus), buaya air asin (Crocodylus porosus), ikan Sembilang (Plotusus canius), penyu air tawar raksasa (Chitra indica), lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris) dan berbagai jenis burung. \
Jumlah besar untuk burung migran dari Siberia dapat dilihat di Sembilang, mencapai klimaks pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka. Spesies burung lain yang mendiami taman ini termasuk dowitcher Asia (Limnodromus semipalmatus), melihat greenshank (guttifer Pseudototanus), putih timur Pelican (Pelecanus onocrotalus), bangau susu (Mycteria cinerea), bangau ajudan yang lebih rendah (Leptoptilos javanicus), dan putih-hitam bersayap tiga barang (Chlidonias leucoptera). Bagian barat berbatasan dengan Taman Nasional Berbak Taman di provinsi Jambi.
2)   Ekosistem Buatan
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten Banyuasin, karena sektor ini memberikan kontribusi yang paling besar terhadap perekonomian Banyuasin. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) tahun 2012 mencapai 30,35 persen dengan nominal nilai output sebesar 4,57 milyar rupiah (atas dasar harga berlaku). Sektor pertanian terbagi atas lima subsektor, meliputi sektor tanaman bahan makanan (tabama) atau sering disebut tanaman pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Produksi pada sawah dan padi ladang di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2012 mencapai 882.597 ton yang dihasilkan dari 200.980 hektar luas panen. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi pertumbuhan sebesar 7,59 persen yakni dari 820.337,7 ton dengan luas lahan 190.341 hektar. Perbandingan produksi per hektar antara padi sawah dan padi ladang menunjukkan bahwa rata-rata produksi sawah selalu lebih tinggi dibandingkan padi ladang. Hal ini disebabkan karena padi sawah mendapatkan pengairan yang baik dan teratur dibandingkan padi ladang.
Komoditas palawija mencakup jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Tanaman palawija ini dapat ditanam di arel sawah maupun ladang. Pada tahun 2012, rata-rata produksi palawija mengalami penurunan produksi dibanding tahun sebelumnya. Dari seluruh jenis tanaman palawija, produksi terbanyak yakni ubi kayu mencapai 22,95 ribu ton, diikuti jagung sebanyak 14,73 ribu ton dan produksi ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing kurang dari 3 ribu ton.
Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi kopi dan kakao. Karet dan kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang harganya relatif stabil tinggi sehingga kehidupan petani pekebun karet dan kelapa sawit lebih sejahtera dibanding dengan kehidupan petani lainnya. Harga yang relatif stabil tinggi untuk karet dan kelapa sawit jatuh turun sejak terjadi krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekitar bulan September 2008 dan baru stabil lagi pada pertengahan tahun 2009. Selama tahun 2012, karet, kelapa sawit, dan kelapa merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Produksi komoditas ini berturut-turut mencapai 94.233 ton, 39.039 ton, dan 43.540 ton.
3.2    Kabupaten Empat Lawang
1)   Ekosistem Darat
Luas hutan di Kabupaten Empat Lawang berdasarkan data tahun 2009 adalah 54.192,93 Ha, yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap seluas 3.357,85 Ha, Hutan Lindung seluas 48.489,2 Ha, serta Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata seluas 2.345,88 Ha. Berdasarkan distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009.
2)   Ekosistem Perairan
Kabupaten Empat Lawang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Hal tersebut di dukung karena hampir seluruh daerah di Kabupaten Empat Lawang dialiri oleh anak sungai musi. Kecamatan yang paling besar produksi perikanan di tahun 2009 adalah Kecamatan Ulu Musi sebesar 16 ton. Hasil komoditi perikanan budidaya ini lebih banyak di produksi di areal pemeliharaan atau penangkaran jenis kolam, kemudian di ikuti oleh areal perikanan sawah, areal penangkaran pada perairan tambak dan areal keramba. Sedangkan, area pemeliharaan/penangkapan ikan jenis kolam paling banyak terdapat di Kecamatan Pendopo yaitu sebesar 90 Ha.
3)   Ekosistem Buatan
       Kopi menjadi komoditi utama dari Kabupaten Empat Lawang. Badan statistik menunjukan luas areal perkebunan di Kabupaten Empat Lawang mencapai 71.718,25 ha atau sekitar 32% dari luas wilayah kabupaten. Dari total luas tersebut areal perkebunan kopi meliputi 737,5 ha dengan produksi mencapai 1.178,5 ton kopi. Dengan total produksi yang cukup besar, kopi Empat Lawang  dapat menjadi potensi kekayaan daerah yang bisa terus dikembangkan.
Tabel 3.1 Jumlah Produksi Kopi Kabupaten Empat Lawang
No
Tahun
Jumlah Produksi
1
2013
26.005 (Ton)
2
2012
28.672 (Ton)
3
2011
28.672 (Ton)
4
2010
33.625 (Ton)
5
2009
31.441 (Ton)
6
2008
22.310 (Ton)
Sumber : badan statistik sumatera selatan
Sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar, yakni 44,52 persen. Bila dilihat ternyata hampir 50 % perekonomian Kabupaten Empat Lawang didukung oleh sektor pertanian. Pada tahun 2009, produksi padi sawah mencapai 96.520 ton. Kecamatan penghasil padi terbesar adalah Kecamatan Pasemah Air Keruh sebesar 26.239 Ton. Sedangkan kecamatan penghasil padi yang paling sedikit berada di Kecamatan Talang Padang yaitu hanya 5.306 Ton. Sementara produksi padi ladang pada tahun 2009 sebesar 1.700 ton. Produksi tanaman palawija seperti komoditi ketela pohon mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 969 ton di tahun 2008 menjadi 2.730 ton di tahun 2009, sedangkan komoditi jagung berproduksi sebesar 15.741 ton.
            Sub sektor perkebunan di Kabupaten Empat Lawang merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi paling besar di dalam sektor pertanian yaitu sebesar 49,42%. Komoditas perkebunan rakyat di Kabupaten Empat Lawang yang menghasilkan produksi relatif besar adalah komoditas kopi dan karet. Jenis tanaman yang paling menonjol pada sektor perkebunan di Kabupaten Empat Lawang adalah kopi, karet, kelapa, kemiri dan lada, sedangkan perkebunan teh Kabupaten Empat Lawang belum memilikinya. Produksi kopi tidak menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 33.498 ton. Sub sektor peternakan terbagi menjadi ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar yang terdapat di Kabupaten Empat Lawang adalah kerbau, sapi dan kuda. Sedangkan kambing, domba, babi termasuk pada kategori ternak kecil. Sementara yang termasuk unggas antara lain ayam ras, ayam buras dan itik. Secara umum, populasi ternak di Kabupaten Empat Lawang pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan 2008. Peningkatan tersebut masing-masing kerbau 2,7%, sapi 2,5%, kambing 2,5%, dan domba 2,6%. Sedangkan, ayam buras mengalami penurunan sebesar 2,5%.

3.3    Kabupaten Lahat
1)   Ekosistem Darat
Kabupaten Lahat terletak antara 3,5 sampai 4,25 derajat Garis lintang Selatan dan 103 sampai 103,70 derajat lintang timur dengan 6,556,668 Km? area daratan. sebagian dari [ini] merupakan sebagian merupakan perbukitan tinggi antara 0 sampai 40 derajat tingginya.
Kabupaten Lahat berjarak 276 Km dari Palembang, Sebelum memasuki Kota ini kita dapat lihat Bukit Serelo yang mana kelihatan seperti jari Jempol. Oleh Karenanya bukit ini disebut dengan Bukit Jempol, apabila kita telah meninggalkan kota lahat dan menuju ke kota palembang Bukit Jempol terlihat seperti ibu jari, yang mana sering juga disebut Bukit Jempol (Bukit ibu jari Jempol).
2)   Ekosistem Perairan
            Kabupaten Lahat dialiri beberapa Sungai antar lain sungai musi, Lematang dan Kikim, di samping itu juga terdapat Sungai kecil yang mengikuti aliran kesungai yang besar. Di sebagaian tempat banyak penduduk yang hidup/tinggal di dekat sungai dan masih menggunakan menggantung jembatan sebagai transportasi mereka.
3)   Ekosistem Buatan
            Dari seluruh Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Lahat, sebahagian besar pola penggunaan lahan merupakan lahan kering yaitu sekitar 96.62 persen,selebihnya (3.38 persen) merupakan lahan basah yang diperuntukan untuk tanaman padi sawah. Sementara lahan kering dimanfaatkan merupakan lahan tegalan, Pekarangan, Padang pengembalaan, kolam, perkebunan, hutan rakyat dan hutan negara serta penggunan lainnya. Tahun 2009 produksi tanaman bahan makanan padi sawah di Kabupaten Lahat mencapai 165,630,35 ton, sedangkan komoditas perkebunan besar di Kabupaten Lahat adalah komoditas kelapa sawit dan karet.

3.4    Kabupaten Muara Enim
1)   Ekosistem Darat
Muara Enim. Lima kecamatan lainya berada pada ketingian lebih dari 10 meter di atas permukan laut (mdpl), yaitu Kecamatan Lawang Kidul (100-50 m dpl), Kecamatan Tanjung Agung (500-800 mdpl), Kecamatan Semende Darat Tengah (100 m dpl), Kecamatan Semende Darat Laut (500- 1000 Topografi Kabupaten Muara Enim cukup beragam mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tingi. Sebagian besar kecamatan terletak di daerah dataran rendah dengan ketingian kurang dari 100 meter di atas permukan laut (dpl) yang meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, dengan cakupan luas mencapai 7.058,41 km² (77,22 persen) dari luas Kabupaten m dpl) dan Kecamatan Semende Darat Ulu (>100 m dpl). Untuk lebih jelasnya, tingi rata-rata, luas daerah dan jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Muara Enim Tahun 2013. Dengan keragaman topografi tersebut menimbulkan terbentuknya banyak bukit dan sungai. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muara Enim (75,7 persen) terletak pada kemirngan lereng kurang dari 120 dan 9,4 persen berada pada kemirngan lereng 120-400 dan selebihnya merupakan daerah dengan kemirngan lebih besar dari 400 sekitar (14 persen). Daerah dataran tingi di bagian barat daya, merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Daerah ini meliputi Kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung.
Kabupaten Muara Enim memiliki areal hutan seluas 382.960 hektar dari total luas wilayah 9.140,50 Km. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 76/KPTS-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan untuk wilayah Kabupaten Muara Enim sebagai berikut :
Kawasan Hutan Suaka Alam : 9.440 hektar
Kawasan Hutan Lindung : 84.410 hektar
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 24.495 hektar
Kawasan Hutan Produksi Tetap : 182.015 hektar
Kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) : 82.600 hektar
2)   Ekosistem Perairan
Daerah dataran rendah di Kabupaten Muara Enim berada di bagian tengah. Pada bagian barat laut-utara, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan aliran Sungai Musi. Daerah ini meliputi kecamatan di dataran rendah dan rawa lebak yaitu Kecamatan Gelumbang, Muara Belida, dan Sungai Rotan.
3)   Ekosistem Buatan
            Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Muara Enim dengan komoditas utama yang dikembangkan melalui perkebunan rakyat, perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta, yaitu karet dan kelapa sawit. Pada tahun 2011 untuk komoditas karet, potensi luas areal perkebunan karet rakyat mencapai 219.978 Ha, dengan produksi sebesar 399.560 ton, potensi luas areal Perkebunan Besar Negara (PBN) mencapai 6.759 Ha, dengan produksi sebesar 16.088 ton dan potensi luas areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) mencapai 222 Ha, dengan produksi sebesar 583 ton. untuk komoditi kelapa sawit, potensi luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat mencapai 24.057 Ha, dengan produksi sebesar 420.540 ton.  
            Potensi luas areal Perkebunan Besar Negara (PBN) mencapai 27.139 Ha, dengan produksi sebesar 542.776 ton dan potensi luas areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) mencapai 51.027 Ha, dengan produksi sebesar 1.088.040 ton. Disamping komoditas karet dan kelapa sawit potensi komoditas perkebunan lainnya yang juga diusahakan masyarakat yaitu : komoditas kopi (luas areal perkebunan mencapai 23.495 Ha dengan produksi mencapai 25.125 ton), kelapa (luas areal perkebunan mencapai 1.588 Ha dengan produksi mencapai 1.437 ton), lada, nilam, kayu manis, kakao, kapuk dan aren. Produksi karet dan kelapa sawit di Kabupaten Muara Enim tahun 2012 tidak terlepas dari 3 komponen pendukung pengusahaan perkebunan karet dan kelapa sawit yaitu, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta. Secara rinci luas areal dan produksi komoditi karet dan kelapa sawit menurut pengusahaannya.
            Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan komoditas yang dominan dikembangkan di Kabupaten Muara Enim adalah padi, dengan luas panen pada tahun 2012 mencapai 51.032 Ha, terdiri atas padi sawah seluas 31.755 Ha dan padi ladang seluas 19.277 Ha dengan jumlah produksi mencapai 247.794 ton. Daerah produksinya antara lain di dataran tinggi Semende, Kecamatan Tanjung Agung dan beberapa Kecamatan di pesisir Sungai Lematang dan Sungai Musi. Potensi luas areal tanaman padi tahun 2012 pada lahan sawah irigasi mencapai 6.279,9 Ha, lahan sawah tadah hujan mencapai 6.102 Ha, lahan sawah lebak 17.664 Ha dan lahan ladang mencapai 77.939 Ha. Selain padi, komoditas potensial lainnya yang dapat dikembangkan adalah tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar), sayuran dan juga buah-buahan. Luas panen komoditi jagung sekitar 2.221 Ha dengan produksi mencapai 7.596 ton. Sedangkan komoditi kedelai dengan luas panen mencapai 175 Ha menghasilkan produksi sebesar 221 ton. Adapun komoditi sayuran kentang dan kol, luas panennya masing-masing mencapai 47 Ha dan 41 Ha, dengan produksi masing-masing 705 ton dan 1.230 ton.

3.5    Kabupaten Musi Banyuasin
1)   Ekosistem Darat
Hutan lebat masih terdapat di berbagai tempat, lengkap dengan kehidupan liar yang alami. Total luas hutan di Muba pada tahun 2002 mencapai 912.555 Ha yang terdiri dari hutan lindung, hutan suaka, hutan produksi dan hutan produksi terbatas.
2)   Ekosistem Perairan
Hutan Bakau yang luas mendominasi kawasan Timur dekat pantai, disamping keluarga palma. Beberapa bagian dari kawasan Timur ini sudah dibuka untuk kepentingan transmigrasi yang mengolah lahan menjadi persawahan dan berbagai tanaman lainnya.Terdapat sungai-sungai besar yang mengalir didaerah ini dan umumnya dapat dilayari sampai jauh kehulu. Diantaranya sungai musi, Batanghari leko, Lalan dan Banyuasin.
3)   Ekosistem Buatan
Pertanian dan perkebunan juga menjadi sektor utama di wilayah ini. Dengan kondisi wilayah yang beriklim tropis basah dan curah hujan rata-rata antara 87,83 mm – 391,6 mm sepanjang tahun, sektor pertanian dan perkebunan menjadi salah satu bagian terpenting dalam masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin. Komoditas utama sektor pertanian dan perkebuan di Kabupaten Musi Banyuasin adalah padi, karet dan kelapa sawit, di samping itu beberapa jenis lain juga diusahakan oleh masyarakat di wilayah ini, seperti kopi, cengkeh, lada, gambir, kelapa dan jambu mete. Pada tahun 2010, realisasi produksi padi di Kabupeten Musi Banyuasin adalah sejumlah 269.144 ton yang terdiri dari padi sawah (224.414 ton) dan padi ladang (44.730 ton), sedangkan luas komoditas lainnya (palawija) adalah 12.774 hektar.
Pada tahun 2002, pertumbuhan sektor pertanian tanaman pangan mencapai 21,33%. Komoditas utama yang menjadi andalan Kabupaten Musi Banyuasin meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Produksi padi mencapai 165.373,48 ton yang dihasilkan dari lahan panen seluas 46.4883 Ha. Khusus untuk komoditas padi, luas lahan potensial yang dapat dikembangkan mencapai 77.143 Ha.
Di tahun 2002, areal perkebunan yang tersedia di Musi Banyuasin pada 9 kecamatan seluas 334.000 ha, dimana 80 % saat ini digunakan untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Luas Areal lahan perkebunan yang masih kosong sangat berpotensi untuk dikembangkan baik untuk perkebunan karet sawit maupun gambir. Karet dan Sawit merupakan komoditi perkebunan yang utama di Kabupaten ini. Pada tahun 2002 sektor ini mencapai pertumbuhan sebesar 2,06 %. Beberapa perusahaan asing dan swasta berinvestasi pada kebun sawit dan pengelolaannya antara lain Cargill, Guthrie, Pinago Utama, Muba lndah dan lain-lain.
Komoditas lain yang tak kalah potensinya adalah Gambir dan Kelapa. Meningkatnya kebutuhan gambir di pasar luar negeri yang banyak digunakan untuk kosmetik dan farmasi tidak diikuti dengan tingkat produksi gambir di daerah Musi Banyuasin yang masih sedikit, hal tersebut dikarenakan perkebunan masih diolah secara tradisional dan turun-temurun sehingga hasilnya masih belum optimal. Diharapkan dengan masuknya investor ke Musi Banyuasin dapat meningkatkan hasil produksi gambir di Musi Banyuasin.
Sebagai daerah yang tidak memiliki wilayah laut, potensi perikanan di Kabupaten Musi Banyuasin terbatas pada usaha budidaya kolam, keramba dan tambak. Pada tahun 2002, produksi budidaya kolam mencapai 128,7 ton dengan komoditas utama meliputi ikan Lele, Mas, Gurami, Mujair, tambakan, Nila, Patin dan lainnya. Produksi keramba mencapai 61,4 ton yang terdiri dari ikan Betutu, Lele dan Patin dan jenis lainnya. Sedangkan budidaya tambak menghasilkan produksi sebesar 9,9 ton.
3.6    Kabupaten Musi Rawas
1)   Ekosistem Darat
                Di Kecamatan Muara Kelingi terdapat Hutan Adat Bulian seluas 49 Hektar tepatnya di Desa Beliti Jaya, Hutan Adat ini dalam pengawasan Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas,yang menarik dari Hutan Adat Bulian adalah hutan ini banyak ditumbuhi Pohon Ulin, warga sini menyebutnya kayu besi atau kayu hitam yang kini telah langka, kayu ulin sulit ditemui ditempat lain tetapi di hutan Adat Bulian tumbuh lebih dari 20.000 batang dengan diameter diatas 1,5 meter dengan ketinggian 50 meter. untuk ketahanan dan kekerasan Kayu ulin adalah kayu kelas satu,jangan heran jika kayu ulin dijadikan bantalan rel Kereta Api dan sebagai Tiang rumah diatas rawa/tepian sungai karena memang kayu ulin tahan dalam rendaman air. Hutan Adat Bulian adalah Potensi yang baik untuk dijadikan sebagai Kebun Raya seperti Kebun Raya Bogor yang ramai dikunjungi sebagai wisata ilmu pengetahuan Botani.
2)   Ekosistem Perairan
                Luas Wilayah Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan adalah 1.236.582,66 ha, Kabupaten Musi Rawas berada di Kawasan bagian barat Provinsi Sumatera Selatan, tempat bertemunya hulu Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas.
3)   Ekosistem Buatan
Potensi sumberdaya alam bidang perkebunan dengan komoditas unggulannya adalah karet. Luas areal kebun karet 329,521,95 ha yang didominasi perkebunan karet rakyat dengan jumlah produksi sebesar 243.003,15 ton. Produksi perkebunan lainnya dianggap tidak terlalu signifikan, Komoditas karet merupakan matapencaharian pokok sebagian besar masyarakat yang perlu didorong dan dikembangkan sebagai komoditas unggulan.
Komoditas karet ditetapkan sebagai produk unggulan kabupaten Musi Rawas melalui surat keputusan bupati Musi Rawas Nomor : 436a/Kpts/Disbun/2011, Surat Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Nomor 1597/RC.110/E1/03/2012 tanggal 28 Maret 2012 yang menetapkan kabupaten Musi Rawas sebaga Model Nasional Pengembangan Kawasan Sistem Pertanian Terpadu Berbasis Karet.
3.7    Kabupaten Musi Rawas Utara
1)   Ekosistem Darat
                Setengah atau 50% (lima puluh persen) dari luas keseluruhan wilayah yang ada di Kabupaten MusiRawas Utara merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan suaka alam, hutan lindung, dan hutanpengelolaan, sedangkan setengahnya lagi (307,260 ha) digunakan untuk pemukiman penduduk dan industri.
2)   Ekosistem Perairan
                Kabupaten Musi Rawas Utara dilewati sungai besar yaitu Sungai Rawas Keberadaan sungai-sungai besar menimbulkan ancaman bencana yang besar pula bagi Kabupaten Musi Rawas Utara, khususnya pada bagian tengah yang memiliki elevasi yang relatif rendah dibandingkan bagian barat dan timur.
3)   Ekosistem Buatan
            Sebagai penyumbang terbesar utama dalam perekonomian Kabupaten Musi Rawas Utara, sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor unggulan pertama kabupaten. Karet merupakan komoditas paling besar dari sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Utara. Perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki persentase penggunaan lahan yang hanya sekitar 2,2% dari total lahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas Utara. Akan tetapi, apabila dilihat dari jumlah produksinya, pada tahun 2012 kelapa sawit rakyat di kabupaten ini sudah mampu menempati peringkat 5 dalam lingkup kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.
            Terdapat dua jenis sumber produk ikan di Kabupaten Musi Rawas Utara, yaitu perikanan tangkap dan perikatan budidaya. Perikanan tangkap sepenuhnya memanfaatkan sumber daya alam yang dihasilkan dari sungai, danau  dan waduk yang ada di kabupaten ini, sedangkan untuk perikanan budidaya banyak dilakukan di kolam, keramba maupun jaring apung.

3.8    Kabupaten Ogan Ilir
1)   Ekosistem Perairan
                Wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan hamparan dataran rendah berawa yang sangat luas mulai dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan Selatan, sampai Indralaya Selatan. sedangkan Kecamatan Tanjung Batu, Payaraman, Lubuk Keliat, Rambang Kuang dan wilayah Kecamatan Muara Kuang merupakandaratan yang bertofografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian sampai 14 meter dari permukaan air laut. Wilayah daratan Kabupaten Ogan Ilir mencapai 65 % serta wilayah berair dan rawa-rawa sekitar 35 %. Derajat keasaman tanah berkisar antara pH 4,0 sampai pH 6,0.
            Kabupaten Ogan Ilir dialiri oleh satu sungai besar yaitu sungai Ogan yang mengalir mulai dari Kecamatan Muara Kuang, Lubuk Keliat, Rantau Alai, Kandis, Sungai Pinang, Tanjung Raja, Rantau Panjang, Indralaya, Pemulutan Selatan, Pemulutan Barat dan Pemulutan yang bermuara di Sungai Musi Kertapati Kota Palembang. Sedangkan sungai kecil antara lain sungai Kelekar, sungai Rambang, sungai Kuang, sungai Randu, sungai Kandis, sungai Kumbang yang bermuara di Sungai Ogan, dan sungai Keramasan yang bermuara di Sungai Musi Palembang. Danau yang ada berupa Danau Lebung Karangan yang terletak di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya, serta rawa sungai Kelekar yang dijadikan objek wisata alam di Tanjung Putus Kota Indralaya.
2)   Ekosistem Buatan
            Sawah adalah salah satu contoh pertanian yang ada dikecamatan tanjung raja, petani di wilayah ini memulai penyemaian benih pada musim kemarau selanjutnya penanaman pada musim penghujan datang, Lahan yang digunakan oleh petani adalah daerah yang dialiri anak sungai atau rawa (lebak) karena lahan ini sangat cocok digunakan untuk menanam tumbuhan yang sangat memerlukan air dan kelembaban udara ini atau sama halnya dengan petani padi lain yang ada di Indonesia. Biasanya rata-rata petani panen pada bulan Agustus jika keadaan musim normal, dan biasanya petani mengolah hasil panennya sendiri dikarenakan petani ini perorangan bukan kelompok (kelompok tani) tetapi ada juga sebagian yang berkelompok seperti Kelompok Tani.
            Perkebunan yang ada dikecamatan Tanjung Raja seperti Kelampaian, Karet, Jagung, dan Jeruk tetapi mayoritas masyarakat banyak memanfaatkan lahan mereka dengan menanam karet. Karet adalah salah satu tanaman yang sangat digandrungi oleh petani karena hasil yang sangat menguntungkan disamping itu pula usia tanaman ini mencapai 7 tahun dalam hasil panen sedangkan panen dilakukan setiap hari.
3.9    Kabupaten Ogan Komering Ilir
1)   Ekosistem Darat
Hutan menjadi wahana lingkungan hidup. Terutama mampu menjaga kestabilan cadangan air tanah, menjadi paru-paru di daerah, rumah tinggal satwa, juga hasil kayunya sangat bermanfaat. Kayu gelondongan yang berkualitas baik banyak diproduksi dari hasil hutan produksi meliputi kayu bulat dan kayu tiang. Pada tahun 2012, kayu yang dihasilkan sebanyak 1.051.878,37 m3.
2)   Ekosistem Perairan
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan bermacam-macam fungsi, yang merupakan hutan dengan jumlah spesies yang beragam. Pengelolaan yang salah terhadap ekosistem tersebut akan berakibat fatal, karena ekosistem ini sangat sulit dipulihkan kembali dan sangat mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya (ekosistem yang rapuh). Untuk itu ekosistem ini sangat perlu dipertahankan. Saat ini sebagian besar kawasan mangrove berada dalam kondisi rusak, bahkan di beberapa daerah sangat memprihatinkan. Tercatat laju degradasinya mencapai 160 – 200 ribu ha per tahun. Data lain menyebutkan bahwa kerusakan potensi hutan mangrove telah mencapai 50 %. Kerusakan tersebut terjadi karena perencanaan yang kurang dalam merumuskan pengelolaan ekosistem mangrove. Juga disebabkan oleh
Desa Sungai Batang merupakan salah satu desa yang terletak di salah satu anak sungai yang berada di kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) di provinsi Sumatera Selatan dimana aliran dari sungai ini akan bermuara di selat Bangka. Tingkat aktifitas manusia di sekitar muara sungai ini semakin meningkat, diantaranya penangkapan ikan dan udang. Kawasan pemukiman dengan segala aktifitas penduduk mengakibatkan kerusakan pada kawasan hutan mangrove. Sedangkan informasi tentang komunitas gastropoda di Desa Sungai Batang masih sangat terbatas. Bertitik tolak pada kondisi tersebut, maka perlu adanya penelitian terhadap struktur populasi gastropoda Assiminea brevicula yang terdapat di kawasan hutan mangrove di Desa Sungai Batang Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Selain itu, Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki Desa Muara Siran yang merupakan daerah yang berada di antara dua ekosistem perairan yang besar. Pertama, Danau Siran yang menjadi hulu Sungai Siran. Kedua, Sungai Ancalong (Anak Sungai Mahakam) tempat Sungai Siran bermuara. Kondisi ini membuat kekayaan keragaman hayati cukup tinggi. Khususnya, biota perairan.
Ekosistem Danau Siran yang didominasi rawa gambut mempunyai kadar kemasaman tinggi (pH rendah) dibandingkan dengan ekosistem Sungai Ancalong. Pertemuan dua perairan ini menyebabkan Desa Muara siran melimpah dengan ikan. Ekosistem rawa gambut dan tepiannya merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground) bagi ikan.
Produksi perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2011 adalah 20.834 ton perikanan laut, 11.683 ton perikanan umum dan perikanan budidaya menghasilkan sebanyak 3.403 ton ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya ikan patin, gabus, nila dan betutu. Di Kabupaten ini terdapat perusahaan tambak udang besar yang berkualias ekspor, yaitu PT Wachyuni Mandira. Perusahaan tersebut berlokasi di Kecamatan Sungai Menang persisnya di Desa Bumi Pratama Mandira
3)   Ekosistem Buatan
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, karena sektor ini memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup signifikan. Disamping itu keadaan geografis daerah Ogan Komering Ilir memang sangat cocok untuk pengembangan sektor ini. Sektor pertanian terbagi atas lima sub sektor, meliputi sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) atau sering disebut tanaman pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.Tanaman Bahan Makanan.
Komoditi sektor tanaman bahan makanan meliputi padi, palawija dan hortikultura. Di Kabupaten Ogan Komering Ilir produksi padi sawah dan padi ladang tahun 2012 sebesar 581.739 ton yang dihasilkan dari 135.641hektar luas panen. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 angka ini mengalami penurunan yaitu dari 585.006 ton padi dari 130.871 hektar luas panen. Sedangkan tanaman palawija menghasilkan 393,18 ton kacang tanah, 861,6 ton kedelai, 156,4 ton kacang hijau, 8.590 ton jagung, 42.403 ton ubi kayu dan 828 ton ubi jalar. Produksi Padi dan Palawija Kabupaten OKI Tahun 2006-2012 (Ton).
Tanaman perkebunan di Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan komoditas unggulan sektor pertanian. Luas areal perkebunan rakyat yang terbesar adalah komoditi karet dengan luas 181.463 ha kemudian kelapa sawit seluas 12.675 ha disusul kelapa seluas 3.998 ha.
Produksi hasil peternakan berupa daging, susu dan telor. Populasi ternak besar pada tahun 2012 diantaranya terdapat 30.058 ekor sapi, 9.252 ekor kerbau dan 22.737 ekor kambing. Sedangkan ternak kecil terdiri dari 575.240 ekor ayam buras, 140.297 ekor itik/itik manila dan 447.430 ayam pedaging.
3.10     Kabupaten Ogan Komering Ulu
1)   Ekosistem Darat
Kondisi bentang alam karst dengan kekayaan potensi sumber daya bawah tanah menjadi faktor yang menarik dalam dunia ilmu pengetahuan. Di dalam ekosistem karst terjadi peristiwa eksokarstik yaitu berupa bentukan bukit-bukit yang memilki besar dan ketinggian beragam, berbentuk kerucut, kubah, lembah dolina atau polje, adanya dekokan (closed depresions) dengan berbagai ukuran dan pengasatan (drainage) bawah tanah. Selain itu terjadi pula peristiwa endokarstik berupa terbentuknya gua.
Kelelawar merupakan salah satu hewan yang sebagian besar berhabitat di gua (Whitten et al. 2000). Ekosistem gua mempunyai sumber bahan organik yang minim dan bervariasi dari satu gua ke gua lain. Salah satu sumber bahan organik yang paling penting di dalam gua adalah guano/ kotoran kelelawar karena biasanya terkumpul dalam jumlah yang banyak (Engel,2007). Salah satu Kawasan Karst di wilayah Sumatera Selatan adalah Desa Padang Bindu yang terletak di Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Gua Putri merupakan gua yang telah menjadi objek wisata yang cukup terkenal di daerah tersebut (Pemerintahan Daerah OKU, 2004). Gua Putri merupakan gua yang relatif lebih banyak menerima aktifitas manusia karena telah dijadikan objek wisata, sedangkan gua Selabe merupakan gua yang relatif lebih sedikit aktifitas manusia walaupun berada pada kawasan karst yang sama. Selain ekosistem karst, kabupaten ini mempunyai daerah yang 60 % dikelilingi oleh hutan. Sebagian besar penduduknya memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2)   Ekosistem Perairan
Kabupaten Ogan Komering Ulu juga dikelilinggi oleh sungai yang cukup berperan besar. Masyarakat yang telah memanfaatkan air sungai sebagai media transportasi dan pengairan untuk pertanian mereka. Karena kelangsungan aliran air sungai Komering membantu warga untuk memperoleh hasil pertanian mereka supaya mendapatkan hasil yang maksimal.
3)   Ekosistem Buatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu sendiri lebIh dikenal sebagai lumbung padi bagi Sumatera Selatan karena kabupaten ini khususnya Belitang merupakan daerah persawahan. Secara garis besar komoditi unggulan  Kabupaten Ogan Komering Ulu  didominasi dengan tanaman padi dan karet. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu bekerja di sektor pertanian, baik itu di sawah maupun di kebun karet. Kabupaten Ogan Komering Ulu mempunyai luas lahan persawahan sekitar 20.968 hektar. Produktivitas lumbung padi yang cukup menjanjikan. setiap satu hektar sawah menghasilkan sekitar lima ton gabah kering panen, seluruh areal sawah di Kabupaten Ogan Komering Ulu menghasilkan 104.840 ton setiap panen atau 314.520 ton selama tiga kali panen dalam setahun. Produktivitas itu mencapai sekitar 16 persen dari total produksi gabah di Sumsel tahun 2004, sebanyak dua juta ton per tahun. Sedangkan untuk luas lahan perkebunan karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu  seluas 36.000 Ha dengan hasil yang cukup memuaskan. kedua barang komoditi itulah yang banyak di temuai di Kabupaten Ogan Komering Ulu, selain kedua komoditi diatas sawit juga merupakan komoditu unggulan dari kabupaten Ogan Komering Ulu tetapi produskinya tidak sebanyak padi dan karet.
3.11     Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
1)   Ekosistem Darat
                Topografi wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagian besar merupakan dataran tinggi yang membentuk bukit bukit dan gunung gunung. Ketinggian wilayahnya berkisar antara 45 s/d 1.643 mdpl. Wilayah tertinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan adalah Gunung Seminung di Kecamatan Banding Agung, dengan ketinggian 1.888 mdpl.
2)   Ekosistem Perairan
                Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Selabung dan Sungai Saka yang bermuara ke Sungai Komering. Selain itu, masih terdapat sekitar 20 sungai dan anak sungai lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Di Kabupaten ini juga terdapat beberapa air terjun dan danau, baik yang besar maupun kecil, sehingga daerah ini merupakan daerah pariwisata potensial di Provinsi Sumatera Selatan. Danau yang terbesar adalah Danau Ranau. Produksi ikan untuk perairan umum berjumlah 2.029,30 (ton) dan budidaya 2.258,50 (ton)
3)   Ekosistem Buatan
            Luas perkebunan karet 29.000 Ha dengan produksi 18.023 ton/ tahun. Luas perkebunan kelapa sawit 6000 Ha dengan produksi 7.544 ton/tahun. Luas Hutan Musi Hutan Persada 6.081 Ha. Surplus beras dengan luas panen 104.522 Ha, jumlah produksi 727.536 ton Gkp/tahun.
3.12     Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
1)   Ekosistem Darat
                Luas hutan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur hingga tahun 2012 tinggal tersisa 28,4 ribu hektar. Kecamatan yang masih memiliki hutan adalah Kecamatan Martapura dan Kecamatan Bunga Mayang dengan luas masing-masing sebesar 10 ribu hektar. Sedangkan luas hutan produksi yang ada yaitu seluas 33,5 ribu hektar, terdiri dari Hutan Saka (10 ribu hektar), Hutan di Martapura (15,5 ribu hektar) dan Hutan Air Laye (8 ribu hektar).
2)   Ekosistem Perairan
Luas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur seluas 3370 Km2 terdiri dari 16 kecamatan dengan jumlah penduduk 575.410 jiwa dengan kepadatan rata-rata 107 jiwa/km 2 , yang sebagian besar merupakan masyarakat transmigran kurang lebih mencapai 60% yang telah ditempatkan sejak kolonisasi di kawawan Belitang pada tahun 1936 yang terdiri dari 137 UPT dengan jumlah transmigran sebanyak 45.067 KK (175.530 jiwa). Belitang di lalui oleh saluran irigasi buatan yang terbagi dalam beberapa bendungan. Oleh penduduk Belitang, bendungan tersebut diberi nama Bendungan Komering (BK).
3)   Ekosistem Buatan
                Kabupaten OKU Timurmerupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Sumatera Selatan. Hal ini di dukung oleh Bendun Perjaya dan jaringan irigasi yang memadai di daerah ini. Di sektor perkebunan, komoditi andalan dari Kabupaten OKU Timur adalah karet dan kelapa sawit.

3.13     Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
1)   Ekosistem Darat
Ekosistem darat yang ada di Kaupaten Pali adalah hutan hujan tropis, seperti hutan semangus yang dulunya merupakan hutan lebat yang dihuni berbagai jenis hewan seperti harimau, rusa, dan beberapa jenis burung.
2)   Ekosistem Perairan
Salah satu ekosistem alami yang dimiliki oleh Kabupaten Pali adalah sungai. Sungai merupakan suatu badan air yang mengalir pada satu arah. Air sungai dingin serta jernih dan memiliki sedikit kandungan sedimen. Aliran air dan gelombang secara konstan dapat memberikan oksigen pada air. Ekosistem sungai dihuni oleh beberapa hewan seperti gurame, kura-kura, dan sebagainya. Keadaan ekosistem sungai yang ada di Kabupaten Pali telah rusak karena adanya PT. Ghemmi. Dimana limbah cair dari PT tersebit dibuang kealiran air sungai Embang yang mengalir menuju muara Lembung Penimor dan menuju ke Batang hari penucul hulu dan hilir. Akibat dari adanya limbah tersebut memperngaruhi ekosistem dari beberapa jenis ikan yang ada disungai tersebut selain itu masyarakat tidak bisa lagi menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk minum masyarakat sekitar sungai.
3)   Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan yang ada di Kabupaten Pali adalah pengalihan fungsi lahan dimana yang sebulumnya merupakan hutan hujan tropis kini berubah menjadi lahan pertanian seperti sawah dan ladang  milik warga sekitar dan perkebunan sawit serta pohon akasia milik perusahaan-perusahaan dan beberapa warga sekitar.  Lahan pertanian di wilayah ini menghasilkan beberapa komoditas pertanian tanaman pangan seperti padi sawah, padi ladang, palawija, hortikultura, dan lain sebagainya. Komoditas unggulan yang ada di kabupaten pali adalah hasil perkebunan seperti karet dan sawit. Tidak hanya hasil pertanian dan perkebunan Kabupaten Pali juga menghasilkan pertambangan dan minyak gas bumi.
3.14     Kota Palembang
1)   Ekosistem Darat
                Taman Wisata Alam Punti Kayu yang luasnya 39,9 ha merupakan hutan kota terbesar di dunia, setelah hutan kota Islandia. Di Taman Wisata Alma Punti Kayu ini masih terdapat beberapa spesies burung, kuda, dan monyet.
2)   Ekosistem Perairan
            Sungai Musi, sungai terbesar dan terpanjang di Sumatera Selatan terkenal dengan Batang Hari Sembilan Membelah kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dibagian selatan dan Seberang Ilir di bagian Utara.
3)   Ekosistem Buatan
            Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Pertanian Perikanan Kehutanan/DPPK  Palembang Sudirman Tegoeh, Luas lahan persawahan di Kota Palembang bertambah dari 5.800 hektare menjadi 6.400 hektare pada tahun 2013.

3.15     Kota Lubuk Linggau
1)   Ekosistem Darat
                Kawasan objek wisata Bukit Sulap terletak ± 2 km dari pusat Kota Lubuklinggau. Bukit Sulap merupakan objek wisata alam yang berbentuk bukit yang cukup besar dengan ketinggian ± 700 m dari permukaan laut dengan tumbuh-tumbuhan yang alami dan asri serta bertemperatur udara yang sejuk. Di samping itu, di puncak Bukit Sulap terdapat tumbuh-tumbuhan berupa bambu yang unik, batangnya berwarna seperti warna bambu yang umumnya berwarna hijau bersih namun dahan dan ranting-rantingnya berwarna kuning serta berduri-duri. Selain itu terdapat juga bambu yang batangnya berlubang seperti bambu biasa tapi dahan dan ranting-rantingnya buntu sehingga menjadikan bambu ini mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri yang mungkin tidak terdapat di tempat lain.
2)   Ekosistem Perairan
            Kota Lubuklinggau termasuk dalam Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Lakitan serta Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kelingi yang membentuk beberapa sungai yang merupakan anak sungai dari Sungai Musi, dengan debit aliran relatif stabil dalam arti tidak menunjukan perbedaan fluktuasi antara musim kemarau dengan musim penghujan.
Sungai Musi dan Sungai Lakitan tidak melintasi Kota Lubuklinggau, namun sebagian anak sungai, ranting sungai dan anak ranting sungainya melintasi Kota Lubuklinggau sesuai pada tabel 2.3 Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun atau sungai permanent (perennial stream), sehingga debit air tidak berfluktuasi cukup tinggi antara musim kemarau dengan musim hujan. Pada umumnya sungai-sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat. sebagai sumber air baku untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan urusan pertanian.
Di lereng Bukit Sulap terdapat sungai dengan air yang bening. Sungai tersebut diberi nama sungai Kesie, airnya mengalir di sepanjang sungai tersebut dengan panorama alam yang indah.
3)   Ekosistem Buatan
            Penggunaan lahan di Kota Lubuklinggau saat ini meliputi penggunaan untuk kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kegiatan lindung meliputi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Hutan Lindung Bukit Cogong. Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya meliputi permukiman, pertanian, perkebunan, tegalan, perikanan (tambak), hutan, sawah, tegalan, jalan, sungai dan lain-lain.
3.16     Kota Prabulumih
1)   Ekosistem Buatan
            Sebagian lahan yang ada di Kota Prabumulih dimanfaatkan untuk sektor ini diantaranya tanaman padi sawah, padi ladang, palawija, sayur-sayuran, dan buah- buahan. Salah satu komoditi andalan Prabumulih adalah sebagai pusat atau sentra buah nanas. Luas lahan panen nanas di Kota Prabumulih mencapai 18,110 Ha dengan jumlah produksi 45,574 Ton.
Sektor perkebunan yang menonjol adalah karet dan kelapa sawit. Karet merupakan jenis tanaman yang paling banyak ditanam oleh sebagian besar masyarakat prabumulih ditandai dengan produksi tanaman karet pada tahun 2010 mencapai 14.824 ton. Kebijakan pemerintah terkait dengan sektor perkebunan ini adalah mendorong masuknya investor agar membangun perkebunan dengan tujuan untuk memdorong pembangunan kabupaten dan membuka lapangan kerja di pedesaan. data hutan tidak terakses, untuk data tanaman perkebunan tahun 2009 tidak terakses, untuk tahun 2011 belum tersedia.
3.17     Kota Pagaralam
1)   Ekosistem Darat
                Seluruh wilayah Kota Pagar Alam merupakan daerah daerah berbukit dan dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan. Puncak tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo yang mencapai 3.159 mdpl.
2)   Ekosistem Perairan
            Kota Pagar Alam mempunyai banyak sungai, diantaranya sungai Lematang , sungai Selangis Besar , sungai Selangis Kecil , sungai Air Kundur , sungai Betung, sungai Air Perikan sedangkan sungai Endikat merupakan sungai yang membatasi dengan kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.
3)   Ekosistem Buatan
            Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang diproiritaskan dalam pengembangan kawasan hortikultura. Dari 10 (sepuluh) komoditas unggulan hortikultura nasional, diantaranya ada 2 (dua) komoditas yang merupakan unggulan daerah Sumatera Selatan yaitu; tanaman kentang dan nanas. Luas panen kentang di Sumatera Selatan pada 5 tahun terakhir baru mencapai 383 ha dengan produksi 5103 ton, luasan terbesar terdapat di kota Pagaralam yaitu 151 ha, dengan produksi 2228 ton sedangkan produktivitas rata-ratanya adalah 131.138 kw/ha.
            Lahan yang sudah digunakan untuk perkebunan kopi sekitar 8.323 Ha dengan total produksi pada tahun 2013 sebanyak 9.183 ton.
Tabel 3.2 Jumlah Produksi Kopi Kota Pagaralam
No


Tahun
Jumlah Produksi
1


2013
9.183
2


2012
11.375
3


2011
11.375
4


2010
11.375
5


2009
5.372
6


2008
33.720
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan










BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
          Potensi pertanian tersebar untuk daerah Sumsel adalah di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, dan Musi Rawas yang merupakan lumbung bagi komoditas padi dan palawija. Tanaman palawija terdiri dari tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai. Pertanian Di Sumatera Selatan, padi ditanam di lahan sawah dan ladang. Hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan memproduksi padi sawah maupun ladang kecuali kota Palembang. Berdasarkan data, kota Palembang mempunyai 3.508 hektar luas panen padi sawah dan tidak memiliki padi ladang sama sekali
4.2    Saran
            Dengan seluruh potensi kekayaan sumberdaya alam yang ada serta tingkat kemajuan yang telah dicapai sejauh ini, sektor pertanian dalam arti luas merupakan sektor unggulan daerah dengan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah Sumatera Selatan, oleh karena itu harus ada program yang mampu membuat potensi yang dimiliki Sumatera Selatan ini menjadi suatu potensi yang berkelanjutan










DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Sumatera Selatan Dalam Angka.. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. Palembang
Burhanuddin. 1980. Pengamatan Terhadap Ikan Gelodok (Periophtalmodon schlosseri di Muara Sungai Banyuasin. Dalam : Sumber Daya Hayati Bahari Rangkuman Beberapa Hasil Penelitian. Pelita II. Ed. Burhanuddin, M.K. Moosa dan Hamidah Razak. LON-LIPI : 117-124
Djamali, A : Burhanuddin dan S. Martosewojo. 1985. Makalah Diajukan Pada Kongres Nasional Biologi Indonesia VIII, di Palembang, 29-30 Juli 1985.
http://kpshk.org/tag/rawa-gambut
http://herisetiawan23042.blogspot.co.id/2013/12/kondisi-lingkungan-di-kab.html
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/displayprofil.php?ia=1601




0 komentar