PROPOSAL USAHATANI ANALISIS USAHATANI KENTANG DI DESA KERINJING KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM

PROPOSAL USAHATANI
ANALISIS USAHATANI KENTANG
DI DESA KERINJING KECAMATAN DEMPO UTARA
KOTA PAGARALAM











                        NAMA                        : HERA MEROLIZA
                        NIM                            : 0501181320069






JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA 2015



BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagaian besar penduduknya terdiri dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.
Secara garis besar, besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut. Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usahatani, jenis dan harga komoditi usahatani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usahatani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan.
Kentang merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Usahatani kentang berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah tangga persatuan luas lahan yang kecil. Dalam kenyataannya  di pasar, petani hanya diposisikan sebagai price taker yang tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan oleh petani kentang adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal mungkin. Untuk itulah analisis pendapatan merupakan cara yang tepat untuk mengetahui hasil usahatani kentang. Karena faktor produksi sebagian sudah dilakukan oleh rumah tangga petani sendiri, maka digolongkan sebagai biaya yang tidak riil dikeluarkan. Hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kentang adalah menyangkut biaya-biaya yang berbeda-beda antara usahatani kentang satu dengan usahatani kentang yang lainya sebagai karakteristik varietas.

1.2 Rumusan Masalah
a)      Bagaimanakah perbangdingan analisis pendapatan antara petani kentang varietas GRenn dan petani kentang varietas Mareta ?
b)      Adakah kontribusi terhadap pembangunan nasional dari usahatani kentang ?

1.3 Tujuan
a)      Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usahatani kentang varietas Green dan varietas Mareta
b)      Menganalisa efisiensi dan kemanfaatan dari suatu usahatani kentang varietas Greean dan varietas Mareta





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



            Kentang merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Kentang (Solanum Tuberosum) adalah tanaman sayuran umbi semusim yang berbentuk perdu, yang berasal dari daerah subtropika. Batangnya bersegi empat, tetapi tidak begitu kuat, dan mudah roboh ke tanah bila tertiup angin ataupun tertimpa hujan lebat. Umbinya berbentuk bulat, lonjong, dan berkulit tipis serta banyak mata pada bagian ujungnya.  Umbi kentang mengandung vitamin A, B dan C yang merupakan  sumber karbohidrat dan banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh. (Tohir, K. A. 1991)
Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi pertanian. Petani sebagai pengelola usahatani termasuk pembiayaannya adalah seseorang yang membutuhkan dan berperan dalam perencanaan bisnis yang meliputi penyediaan dan pengalokasian dana, menciptakan dana melalui pengendalian sumber-sumber serta mengelolanya dalam kegiatan produksi seefektif mungkin. Dengan demikian petani tidak boleh salah langkah dalam tindakannya untuk mencapai tujuan produksi tersebut.( Soeharjo, D dan Patong. 1977)
Usahatani dapat dikatakan berhasil minimal harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat yang diperlukan, bunga modal, upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang digunakan untuk usahatani secara layak dan dapat mempertahankan keadaan usahatani sedikitnya berada dalam keadaan semula. (Hadisaputro, S. 1973)
Ketika membicarakan laba, kebanyakan orang mengaitkannya dengan uang sisa dari pendapatan, setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan itu. Laba besarnya mengacu pada surplus atau kelebihan pendapatan atas biaya (keuntungan netto dari suatu proses produksi). Menurut kami, laba adalah perbedaan antara pendapatan kotor (Gross Income) dan biaya operasi (Operating Cost). Biaya operasi adalah jumlah semua biaya tidak tetap ditambah biaya tetap untuk operasi (bukan biaya tetap total). Dengan kata lain, laba adalah marjin kotor total kurang biaya tetap untuk operasi. (Hadisaputro, S. 1973)
Imbalan usahatani berasal dari empat sumber utama :
1.      Pendapatan usahatani, yaitu pendapatan uang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun. Ada lima sumber umum dalam kategori pendapatan usahatani :
a)      Penjualan produk tanaman, ternak dan hasil-hasil ternak (susu, kompos)
b)      Produk-produk usahatani yang dikonsumsi oleh keluarga tani
c)      Sisa hasil usaha (SHU) dari koperasi, kelompok tani dimana petani yang bersangkutan menjadi anggota
d)     Pendapatan non uang tunai yang berasal dari perubahan inventaris (stok ekstra yang ada pada akhir tahun jual beli)
2.      Penerimaan keluarga, dari luar usahatani misalnya : penjualan kerajinan    tangan, laba karena berdagang kecil-kecilan.
3.      Penjualan barang modal dan mesin-mesin, yakni penjualan lahan, mesin atau modal lainnya yang bukan merupakan produk normal dalam tahun operasi usahatani, penjualan semacam itu tidak dipandang sebagai bagian dari pendapatan tahunan usahatani.
4.      Uang pinjaman.
Dalam pengaturan faktor-faktor produksi yang dalam keadaan minimal, petani harus memahami sungguh kaitan atau relasi antara faktor-faktor minimal satu sama lain. Faktor-faktor dari usahatani keluarga yang berada dalam keadaan minimal ialah : tanah dan modal. Kaitan-kaitan yang kita maksud adalah :
1.      Peningkatan modal per tenaga kerja atau peningkatan intensitas modal akan mempengaruhi pengelolaan usaha tani keluarga secara demikian :
a)      Luas tanah garapan akan bertambah, tetapi luas tanah garapan per kesatuan modal akan menurun, hal itu disebabkan karena perluasan tanah garapan jalannya lebih lamban dari jalannya kenaikan intensitas modal
b)      Hasil kerja per tenaga akan naik, tetapi kenaikannya lebih lambat daripada keniakan intensitas modal
2.      Modal per tenaga kerja atau intensitas menurun akan mendatangkan luas tanah garapan menurun, menurunnya luas tanah garapan lebih lambat daripada menurunnya intensitas modal.
3.      Jumlah tenaga kerja bertambah atau intensitas kerja naik akan mendatangkan :
a)      Menurunnya intensitas modal (modal per tenaga kerja)
b)      Luas total dari tanah garapan akan naik, kenaikan luas tanah jalannya tak sejajar dengan kenaikan intensitas kerja, sebaliknya luas tanah per tenaga kerja menurun
c)      Produksi total akan naik, tetapi produksi per tenaga kerja akan menurun, pun konsumsi per tenaga kerja akan menurun
d)     Daya penampungan tanah terhadap tenaga kerja tidak dipengaruhi
4.      Modal dan tenaga kerja bertambah akan mendatangkan hasil total naik dan luas tanah garapan per tenaga kerja naik
5.      Pengurangan atas alat-alat produksi akan mendatangkan :
a)      Produksi per tenaga kerja akan menurun
b)      Kapasitas kerja akan menurun
c)      Konsumsi akan menurun karena produksi per tenaga kerja menurun.
Efisiensi usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Perhitungan efisiensinya menggunakan biaya dalam usahatani dianalisis melalui imbangan antara penerimaan total dengan biaya total yang disebut Return and Cost Ratio (R/C ratio). Pada metode ini mengandung arti bahwa tingkat efisiensi usahatani diukur atas dasar keuntungan. Efisiensi perlu diperhitungkan karena pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi pula, selanjutnya untuk mengetahui manfaat dari suatu teknologi atau keragaman usahatani yang satu terhadap yang lain dapat dilakukan dengan analisis B/C ratio.( Hernanto, F. 1988)
Selain BEP dan ROI yang digunakan dalam analisis usahatani adalah analisis yang bersifat menyeluruh dan ada juga analisis untuk kelayakan usahatani. Analisis lebih menekankan pada kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha-usaha untuk membandingkan, mengukur serta menghitung tingkat hubungan suatu usahatani. ( Hernanto, F. 1988)

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN



3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang menjadi sampel penelitian dipilih secara Purposive (sengaja) yaitu Desa Kerinjing, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan wilayah dataran tinggi yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan sayuran, terutama tanaman kentang.

3.2.Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan dua teknik sampel. Pertama teknik Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang didasarkan pada pertimbangan dan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian, yaitu petani kentang. Teknik yang kedua Proporsional Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pembagian varietas. Jumlah petani yang diambil sebagai sampel sebanyak 20 petani yang terdiri dari 10 petani kentang varietas Grenn dan 10 petani kentang varietas Mareta.

3.3.Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pada praktikum Ilmu Usahatani ini adalah metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi yang diperlukan. Data yang diperlukan adalah data primer tentang karakteristik petani, biaya serta penerimaan usahatani yang diperoleh secara langsung dari petani. 

3.4.Metode Analisis
3.2.1  Metode Deskriptif Analisis
     Metode ini berusaha memberi arti terhadap data dengan menggambarkannya sesuai keadaan teraktual.  Data tersebut disusun, dianalisis, dijelaskan kemudian diambil kesimpulannya.
3.2.2.Tabulasi Data
Tabulasi data dimaksudkan sebagai pengelompokkan data-data berdasarkan kriteria tertentu, sehingga data yang dikumpulkan menjadi tidak rancu.
3.2.3.Persentase dan Rata-rata
Metode yang dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap data yang telah dihitung rata-ratanya dari 20 orang responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu petani kentang varietas Grenn dan petani petani kentang varietas Mareta.
3.2.4.Pendapatan
Perhitungan pendapatan diperoleh dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.
3.2.5.Analisis R/C
Analisis R/C rasio dilakukan untuk mengetahui efisiensi usahatani yang diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani.
3.2.6.Analisis B/C
Analisis B/C digunakan untuk membandingkan kemanfaatan dua varietas yang diusahakan dari suatu usahatani yang diperoleh dari perhitungan selisih penerimaan antara dua varietas dibagi dengan selisih biaya.




DAFTAR PUSTAKA



Hadisaputro, S. 1973. Biaya dan Pendapatan di Dalam Usahatani. Departemen     Ekonomi Pertanian UGM. Yogyakarta.

Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeharjo, D dan Patong. 1977. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani dan Penelitian   Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Tohir, K. A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani IndonesiaPT Rineka Cipta.    Jakarta.



0 komentar