Menjadi LGBT Berarti Menyiapakn Diri dan Bumi Tempat Kita Berpijak Untuk Mendapatkan Murka Allah SWT !!!

Ustadz DR Muslih Abdulkarim, LC


Menjadi LGBT berarti menyiapakn diri dan bumi tempat kita berpijak untuk mendapatkan murka Allah SWT !!!

Ada dua macam tarikan negatif yang mesti kita kendalikan. Pertama hawa nafsu, kedua syahwat.

Selama ini kedua hal itu kita anggap sama, padahal tidak. Hawa nafsu itu adalah tarikan kearah ego. Sedangkan syahwat itu tarikan yang sifatnya fisik/material. Silahkan cek Al-Qur’an.

Kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, puncak dari mempertuhankan hawa nafsu adalah mempertuhankan diri sendiri, yang tercermin dari ucapan Fir’aun yang menyatakan dirinya Rabb (Tuhan Pemelihara).

Sedangkan puncak dari pemujaan terhadap syahwat adalah homoseksual (Kisah kaum Nabi Luth)


Kenapa kita mesti concern tentang LGBT ??
Karena kalu kita lihat di Al-Qur’an, hukuman bagi para pemuja hawa nafsu itu beda dengan hukuman bagi pemuja syahwat.

Pemuja hawa nafsu seperti Fir’aun, yang dihancurkan itu Cuma Fir’aun dan tentaranya saja. Kota Mesirnya masih tetap ada.

Sedangkan pemuja syahwat itu dihancurkan sampai ke bumi tempat mereka berpijak. TOTAL !!! Artinya kucing dan tikus liar yang numpang makan di sana ikut terkena bencana. Dan itu bukan hanya kejadian  di kota Sodom, kita lihat pola yang sama di Pompeii, lalu disebuah dusun kecil, Lagetang. Semua polanya sama.

Pemuja terhadap syahwat à melampaui batas sampai muncul prilaku homosex à nunggu bencana

Bahkan itu juga yang terjadi menjelang kiamat...
Dalam hadist, digambarkan manusia hilang malunya sehingga biasa untuk ngeseks dipinggir jalan. Na’udzubillahhi min dzalik..

Jadi menurut yang saya pahami, perilaku homosex tidak boleh dibiarkan begitu saja. Harus kita cegah, tentunya bukan dengan memusuhi pelaku, tapi yang kita cegah adalah tersebarnya paham tersebut.

Setidaknya bertindak agar jelas posisi kita. Misalnya tidak beli kopi di Starbucks, atau kalo mampu, melakukan counter campaign atau penyadaran bagi para homosex.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kisah tentang keberpihakan. Disaat Nabi Ibrahim dibakar raja Namrud, seekor semut membawa setetes air. Seekor burung kemudian bertanya, “untuk apa kamu bawa air itu ?”

“ini air untuk memadamkan api yang sedang membakar kekasih Tuhan, Ibrahim” Jawab semut.

“Hahahaha... Tak akan guna air yang kamu bawa” kata burung.

“Aku tahu, tetapi dengan ini aku menegaskan dipihak manakah aku berada”.


*Mero

0 komentar