Dakwah, Inovasi dan Kecepatan

DAKWAH, INOVASI DAN KECEPATAN


Problematika dakwah yang semakin kompleks sangat membutuhkan adanya kecepatan dan inovasi. Ibarat perusahaan besar Jepang yang mulai rontok seperti, Sony, Sharp, Panasonic, ataupun Thoshiba karena kalah dalam kecepatan dan inovasi produk. Dalam dunia perdagangan aja serius dalam hal kecepatan dan inovasi apalagi dunia dakwah ? Harusnya aktivis dakwah serius menggarap kecepatan dan penjualan produk dakwah yang inovatif. Ini karena persaingan ketat dakwah produk pemikiran sesat kaum lain. Jika lambat maka tertinggal. Jika tak inovatif maka dakwah tak akan dikonsumsi.

Tuntutan keilmuan ataupun profesi lapangan sudah sangat berat. Selain itu, tuntutan bekal ilmu syar’i yang cukup harus diimbangi agar tidak kelewat batas dalam gerak. Ini menuntut adanya keseriusan dan kecepatan pembelajaran dan gerak. Sayangnya kultur LDK/LDF maupun organisasi Islam lain yang sering santai takkan mampu mengejar itu. Sehingga slogannya adalah korbankan dakwah atau ukhwah ? Padahal kompleksitas problematika menuntut gercep dalam dakwah dan rapi dalam ukhwah. Sehingga sering ditemukan aktivis di lapangan malah berisikan aktivis nonis atau malah hanya berbekal paham humainis kiri. Aktivis dakwah dimana ? Hahahaha.... di sekret dan di masjid ?

Kita lihat diaspek sosial. Ketika suatu desa dikristenisasi dengan bekal mereka dalam pelayanan sosial yang baik, aktivis dakwah seringkali hanya menghujat dengan isu atau hanya diam menolak. Memang benar iman terendah adalah menolak dalam hati setelah itu lisan bergerak tapi sampaikapan ? Kapan kita bisa menggunakan tangan dan turun ke desa-desa dengan pelayanan yang terbaik ? Ini jelas dituntut kecepatan dan inovasi dakwah.

Cukup kaget mendengar cerita teman di Jepang ketika ada Yahudi mendakwahinya. Orangnya benar-benar ramah dan pelayanannya sungguh baik, sayang hikmah yang harus dimiliki muslim malah dibiarkan hilang. Ini baru masalah sosial, belum bidang lain.

Ketika Jepang bangga dengan kedisiplinannya dan totalitas dalam bekerja. Aktivis dakwah malah atas nama ukhwah “biarin aja dia telat, santai aja kan temen kita.” Ketika disindir bahwa Barat lebih Islami dengan nilai-nilai sosial dan keprofesionalan mereka, kita malah tutup telinga. Kemana ajaran Islam untuk mengambil kebenaran dari manapun asalnya ?

Bolehlah kita belajar dari Muhammad Al-Fatih yang telah menciptakan inovasi meriam terkuat dan terbesar kala itu. Ibnu Haytam dengan dengan optiknya ataupun Harun Ar-Rasyid dengan Baitul Hikmahnya.

Sampai kapan aktivis dakwah lambat dan kaku ? Dimana kecepatan dan inovasi yang diajarkan pejuang muslim terdahulu ?


*Mero

0 komentar