BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah media yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh dan berkembang. Tingkat kesuburan tanah di setiap daerah berbeda-beda.
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan
ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis pupuk, tergantung dari unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.
Kesuburan
tanah pertanian di Indonesia sebagian besar mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya hasil
produksi serta tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani baik
sawah, perkebunan maupun petani tambak. Penyebab turunnya
kesuburan tanah antara lain karena tanah mengalami kemasaman (rendahnya nilai
pH yang terdapat dalam tanah). Kemasaman atau pH tanah
menunjukkan kadar H+ dan OH- dalam larutan tanah.
Ketersediaan hara esensial bagi tanaman bergantung pada pH, di mana hara
tanaman optimum pada kisaran pH 6-7.
Tanah sawah pada umumnya mempunyai pH sekitar
netral (6-7). Pada kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi
optimal. Informasi tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk,
pengelolaan tata air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur
mikro seperti Fe dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin. Kemasaman
tanah ini mengakibatkan turunnya unsur hara. Unsur-unsur
makro yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar umumnya ketersediaannya rendah
pada tanah-tanah dengan keasaman tinggi. Unsur-unsur
makro ini lebih tersedia pada tanah-tanah dengan keasaman rendah mendekati pH
netral.
Tanah
yang masam tidak dapat membantu proses pertumbuhan tanaman dan tidak dapat
menghasilkan produksi yang baik. Oleh
karena itu untuk mengatasinya dibutuhkan kapur pertanian yang bertujuan untuk
mengurangi kemasaman dalam tanah sehingga tanah tersebut dapat di tanami
tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik. Kapur Pertanian adalah
yang dihasilkan dari pabrik pupuk ZA (Amonium sufat) yang bahan bakunya berasal
Phosopho gypsum(diperoleh dari pabrik asam fosfat) serta Amoniak (NH3)
dan karbon dioksida (CO2). Karena diperoleh
dari produk samping pupuk fosfat dan ZA, maka kapur pertanian masih banyak mengandung bahan ikutan selama
proses produksi pupuk yaitu unsur hara makro maupun
mikro yang sangat penting bagi tanaman. Kapur pertanian berbentuk
butiran halus yang homogen (tepung halus / powder), berwarna putih keclokatan
dengan kelarutan 0.15mg/Liter air dan keraoatan jenisnya mencapai 0762 ton/m3.
Kapur
pertanian lebih cepat terlarut dan lebih mudah bercampur secara homogen dengan
tanah serta dapat cepat menetralisir keadaan tanah
yang masam. Kapur pertanian tidak hanya berguna untuk lahan pertanian yang berhubungan langsung dengan tanah. Selain berhubungan langsung dengan lahan pertanian untuk mengurangi kemasaman dalam tanah, kapur pertanian dapat digunakan pada tambak dan ikan serta udang.
yang masam. Kapur pertanian tidak hanya berguna untuk lahan pertanian yang berhubungan langsung dengan tanah. Selain berhubungan langsung dengan lahan pertanian untuk mengurangi kemasaman dalam tanah, kapur pertanian dapat digunakan pada tambak dan ikan serta udang.
Pupuk merupakan bahan yang terdiri dari unsur organik
maupun anorganik yang berfungsi sebagai salah satu sumber pemasukan unsur hara
bagi tanaman, pupuk juga merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu
atau lebih unsur hara untuk menggantikan unsur yang terhisab oleh tanaman.
Pupuk dapat berasal dari sisa-sisa tanaman, limbah, atau kotoran hewan yang
dapat diubah menjadi bahan-bahan organik tanah. Sedangkan pupuk yang dibuat
dari pabrik disebut pupuk buatan atau pupuk anorganik. Salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan tingkat kesuburan tanah adalah pupuk Dolomit. Pupuk
dolomit berasal dari batu-batuan dolomit yang telah dihaluskan. Batu-batuan
dolomit ini dihaluskan sesuai dengan tingkat kehalusannya berdasarkan besar
mesh pengayakannya.
Pupuk dolomit yang diproduksi oleh perusahaan
menggunakan bahan baku batu kapur yang memiliki kadar atau presentasi Kalsium
(CaO) dan Magnesium (MgO) yang tinggi, sangat bermanfaat untuk pengapuran tanah
masam dan untuk pupuk bagi tanah dan tanaman yang berfungsi mensuplai unsur
Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO). Dolomit merupakan solusi utama bagi
pertanian, perkebunan, dan tambak yang tingkat kemasaman tinggi antara lain
karena curah hujan yang tinggi, faktor penggunaan pupuk nitrogen yang
berlebihan, asal batuan induk yang memiliki reaksi masam. Untuk itu pengapuran
dan pemupukan dengan pupuk dolomit sangat tepat untuk mengatasi masalah
kemasaman dan miskin hara. Pupuk Kiserit adalah MgSO4.H2O. Kandungan kiserit
murni terdiri dari 25,5 % MgO dan 21,0 % S. Kiserit berbentuk halus berwarna
putih keabuan dan bersifat asam sehingga bila terus digunakan dapat menyebabkan
tanah bereaksi asam.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memahami definisi kapur
dan definisi pengapuran.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis
kapur.
3. Untuk memahami penggunaan
kapur pada lahan pertanian.
4. Untuk memahami cara atau
pengaplikasian kapur.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Pengertian Pengapuran
Pengapuran
adalah pemberian kapur ke dalam tanah yang pada umumnya bukan karena kekurangan
unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam (Hardjowigeno, 1987).
Pengapuran
merupakan penetralan tanah asam menjadi basa dengan menggunakan kapur pertanian
sehingga tanaman produksi tetap melimpah (Rahardis, 2007)
Pengapuran
adalah pemberian kapur ke tanah yang bertujuan menetralkan kemasaman tanah dan
meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman (Sukra, 1986).
2.2.
Pengaruh
Pengapuran Terhadap Kesuburan Tanah
Pengapuran adalah upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pH tanah dengan menambahkan kapur kedalam tanah. Tujuan utama dari
pengapuran ini ialah untuk meningkatkan pH, dari pH masam menjadi pH netral.
Pada pH tanah yang masam, banyak unsur hara (misalnya: N, P, K, Ca, Mg) yang
tidak tersedia bagi tanaman karena pada pH rendah unsur tersebut rusak. Hanya
unsur Fe dan Al (unsur mikro) yang tersedia pada tanah masam. Maka diharapkan,
dengan pengapuran akan meningkatkan pH menjadi netral, dimana pada pH netral
banyak unsur hara yang dapat tersedia bagi tanaman (Hardjowigeno,1987).
Pada tanah masam,unsur-unsur hara
seperti fosfor tidak dapat diserap karena diikat oleh Al dan Fe. Fosfor
berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu. Kekurangan
fosfor dapat menghambat pertumbuhan (Hanafiah,2008).
Kapur
memberikan pengaruh yang bervariasi pada tanah pertanian karena fungsinya
bermacam-macam bagi tanah dan tanaman. Pengapuran tanah masam dengan bahan
mengandung Ca dan Mg dapat mengurangi kemasaman tanah. Tanah dikapur bukan
semata-mata ingin menaikkan pH tetapi juga kerena tingginya Al. Al itu yang
sebenarnya yang menjadi problem pada tanah masam, karena menghambat
ketersediaan unsur hara (Kuswandi, 2005).
Efek pengapuran dalam pengelolaan tanah dapat
dikatagorikan ke dalam tiga hal, yaitu : efek fisik, efek kimia, dan efek
biologis. Pertama, pengaruh pengapuran terhadap fisik tanah. Dalam tanah yang
bertekstur liat sampai liat berat ada kecenderungan penggabungan butir-butir
halus semakin rapat (massif) dan kompak. Keadaan semacam ini menghambat gerakan
air dan udara, karena itu sangat diperlukan pembutiran (granulasi) dan
pembentukan struktur tanah yang mempunyai porositas tinggi. Struktur remah
dibentuk antar butir tanah dengan meningkatkan efek biotik karena meningkatnya
aktivitas biologi tanah. Hal ini akan meningkatkan dekomposisi bahan organik
tanah dan sintesis humus. Pengapuran akan menstimulasi aktivitas mikroorganisme
dan meningkat-kan dekomposisi bahan organik tanah yang sangat penting dalam
pembentukan struktur remah (Kuswandi,2005)
Kedua, pengapuran pada tanah masam akan mengubah
reaksi tanah dan mempunyai efek kimia yang sangat luas, yaitu:1) Konsentrasi
ion H+ menurun, 2) Konsentrasi ion OH- meningkat,
3) Kelarutan besi, aluminium
dan mangan menurun,4.) Ketersediaan fosfat dan molibdat akan meningkat,
5) Kalsium dan magnesium dapat
ditukar akan meningkat, 6) Persentase kejenuhan basa akan emningkat,
7) Ketersediaan kalium dapat
meningkat atau menurun tergantung ion Ca dan Mg dalam larutan tanah
(Kuswandi,2005).
Ketiga, kapur menstimulasi aktivitas mikroorganisme
tanah heterotrofik, sehingga mempunyai efek biologis yang besar bagi proses
biokimia tanah. Proses dekomposisi dan penyediaan unsur nitrogen meningkat.
Stimulasi enzimatis meningkatkan pembentukan humus yang berperan penting dalam
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Bakteri simbiotik akan meningkat
aktivitasnya berkenaan dengan adanya kenaikan pH dan pele-pasan nitrogen ke
dalam tanah dari dekomposisi bahan organic (Kuswandi, 2005).
Manfaat Pengapuran (Azhari,1995)
a. Menaikkan ph tanah atau mengurangi
derajat kemasaman tanah
b. Meningkatkan jumlah Ca dan Mg sampai
kondisi netral
c. Mengurangi kadar besi dab fosfor dalam
tanah
d. Mengurangi keracunan logam Al dan ph
rendah
Tujuan
utama pengapuran adalah menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang dikehendaki dan
mengurangi atau meniadakan keracunan Al. Di samping itu juga meniadakan
keracunan Fe dan Mn serta hara Ca. Pengaruh utama kapur terhadap tanah adalah
menaikkan pH, mengurangi kandungan dan kejenuhan Al serta meningkatkan serapan
hara dan produksi tanaman pangan pada umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan
lainnya, tomat, cabai). Pengaruh kapur dapat dinikmati selama beberapa kali
panen (4-5 kali) (Komprat, 1970).
Kalsium
merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena dapat
mengurangi efek kemasaman. Sebagai sumber utama kalsium tanah adalah kerak bumi
yang didalamnya terkandung 3,6% Ca. Mineral utama yang banyak mengandung
kalsium antara lain kalsit (CaCO3) dan dolomit [CaMg(CO3)2]
yang merupakan penyusun batuan sedimen limestone dan dolomit (Hakim, 1982).
Adanya
kandungan kapur (CaCO3) bebas, di dalam tanah dapat diketahui dengan
meneteskan asam Chlorida 10% (HCl 2 N). Adanya percikan menandakan adanya kapur
bebas, makin banyak percikannya makin banyak kandungan kapur dalam tanah.
Reaksi yang terjadi (Bale, 2000) :
CaCO3 + 2HCl è CaCl2
+ H2O + CO2
Bahan
kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2
atau MgO dan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan
adalah CaCO3 atau [CaMg(CO3)2] yang digiling
dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati 80-100 mesh
(Hakim, 1986).
Setelah
kapur diberikan ke tanah, ia akan segera mengubah sifat dan ciri tanah,
perubahan sifat dan ciri tanah tersebut akan mempengaruhi serapan hara.
Selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat dan ciri tanah
yang dominan dipengaruhi reaksi kapur adalah kemasaman tanahnya yang meliputi
pH dan Al-dd serta kejenuhannya (Soepardi, 1983).
Kapur
telah lama diketahui sebagai yang efektif dalam menurunkan kemasaman tanah
yaitu meningkatkan pH tanah, menurunkan Al dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan
Al. Namun, pergerakan vertikal CaCO3 yang diaplikasi pada permukaan
sangat lambat, kemungkinan karena kapur melepaskan ion OH` yang dengan cepat
dinetralisasi oleh keemasan tanah, yang meninggalkan Ca2+ tak
berteman. Ion Ca2+ tersebut dapat diserap oleh tapak pertukaran pada
permukaan tanah. Dengan demikian inkorporasi permukaan CaCO3 atau
Ca(OH)2 mempunyai pengaruh yang kecil terhadap Al subsoil dan Al
atau Ca. Oleh karena itu, untuk memperbaiki subsoil masam perlu inkorporasi
kapur sampai kedalaman itu (deep liming) (Hakim, 1986).
Penambahan
kapur menimbulkan muatan positif (kation) dalam pori. Penambahan kapur pada
tanah lempung dapat memperbaiki sifat fisis tanah lempung. Penambahan kapur
yang semakin banyak akan menyebabkan nilai turunnya nilai kohesi pada tanah.
Dengan turunya nilai kohesi akan menyebabkan turunnya nilai batas cair
(Wiqoyah, 2006).
Kemasaman
tanah dapat diperbaiki dengan pengapuran. Dolomit salah satunya yang banyak
digunakan di Indonesia. Karena dolomit banyak mengandung Mg dan Ca yang
merupakan bahan pengapur tanah, maka pemberian dolomit pada tanah masam
berpengaruh baik terhadap sifat-sifat tanah. Kadar Mg tanah meningkat, kadar N,
P dalam daun juga meningkat. Kadar K tanah cenderung berkurang dan pH tanah
meningkat (Foth, 1994).
Dolomit
terbentuk dari hasil reaksi antara unsur Mg dengan batu gamping (limestone).
Pembentukan dolomit berlangsung dalam air laut dan unsur Mg yang diperlukan
berasal dari hasil disosiasi (penguraian) garam MgCO3 yang terdapat dalam air
laut. Sebagai mana diketahui bahwa air laut mengandung berbagai jenis
garam-garaman, antara lain MgCO3 dan CaCO3. Proses pembentukannya berlangsung
ratusan sampai ribuan tahun (Mediapura,dkk,1987).
Kebutuhan kapur pertanian pada tanah
bersifat masam adalah dosis 1500-3000 kg/ha. Cara pemakaiannya kapur ditabur
diats peermukaan tanah pada saat pengolahan tanah terakhir atau 2 minggu
sebelum waktu tanam.
Kapur pertanian adalah kapur yang
berasal dari batuan kapur yang banyak dijumpai di Indonesia. Banyak mengandung
kalsium dan magnesium yang mampu menetralkan aluminium.ada tiga jenis kapur
yaitu kapur tohor, kapur tembok dan kapur karbonat (Aswanto,2012).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kapur
Dan Pengapuran
3.1.1 Pengertian Kapur
Batu
kapur yang terdapat di alam sangat beragam macam atau jenisnya antara
lain kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3),
siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi
kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya. Beberapa
yang sudah di produksi dan mudah tersedia di pasaran adalah jenis dolomit dan
kaptan hanya bedanya kaptan cuma mengandung unsur CA salam bentuk CACO3 .
Dolomit merupakan batuan sedimen
laut yang terangkat ke permukaan yang lebih sering di sebut batu gamping yang
umum berwarna putih.Sedangkan untuk keperluan tanah pertanian batu gamping
tersebut harus di haluskan terlebih dahulu serta memiliki unsur campuran CACO3
dan MGO3 dimana kadar caco3 nya lebih banyak.
Kapur banyak mengandung unsure Ca
maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam tanah pada umumnya bukan karena tanah
kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH
tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan
keracunan Al dapat dihindarkan.
3.1.2.
Pengertian Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian
pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi
mendekati netral yaitu sekitar ph 6,ph 5 Salah satu faktor penghambat
meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah keasaman tanah.
Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil
yang dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha
pemberian kapur kedalam tanah.
Manfaat Pengapuran:
1. Menaikkan pH tanah
2. Menambah unsur – unsur Ca dan Mg
3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
4. Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki
pembentukan bintil- bintil akar
Pangapuran pada tanah masam
Tanah masam adalah tanah dengan Ph
rendah karena kandungan ion H+ yang tinggi. Dalam tanah masam (lahan kering) banyak ditemukan ion Alyang
bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.Pada
umumnya, pH tanah yang di kehendaki untuk pertumbuhan tanaman agar optimal
adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0 karena pada kondisi pH netral unsur hara
dapat tersedia secara optimal dan mikroorganisme dapat berkembang dengan
maksimal.
Masalah
Tanah Masam
Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari
kandungan hara hingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya
terjadi pada tanah masam antara lain :
1. Terakumulasinya ion H+pada tanah sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman.
2. Tingginya kandungan Al3+ sehingga mearcun
bagi tanaman.
3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg
4. Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+
5. Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis
terganggu, dan
6. Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang
tinggi pada ranah masam.
Untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya
meningkat mendekati netral, maka di perlukan pengapuran. Besarnya pengapuran
tergantung dari :
1. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman. Setiap macam
tanaman memerlukan pH yang relatif berbeda.
2. Bentuk kapur dan kehalusaannya. Sehingga
dipertimbangkan beberapa hal yang sangat penting, yaitu:
a.
Jaminan kimia dari
kapur yang bersangkutan
b.
Harga tiap ton yang
diberikan pada tanah
c.
Kecepatan bereaksi
dengan tanah
d.
Kehalusan batu kapur.
e.
Penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan karung atau curahan.
3. Jumlah
kapur yang diberikan harus ditetapkan berdasarkan perkiraan yang tepat berapa kenaikan pH yang diinginkan,
tekstur, struktur dan kandungan
bahan organik tanah lapisan olah.
·
Tekstur tanah yang
semakin berat akan memerlukan jumlah kapur yang semakin banyak. Struktur tanah
lapisan olah yang dibentuk dengan pengolahan tanah tidak selalu seragam bagi
masing-masing jenis tanah, ha ini juga mempengaruhi jumlah kapur yang
diberikan.
·
Makin halus butiran
agregat tanah, makin banyak kapur yang dibutuhkan. Demikian pula pH, tekstur
dan struktur lapisan bawah tanah (subsoil), karena pH yang rendah atau lebih
tinggi dari pH lapisan olah menjadi pertimbangan berapa jumlah kapur yang harus
diberikan.
4. Cara
pemberian kapur.
Biasanya
pemberian kapur dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam bersamaan dengan
pengolahan kedua (penghalusan agregat tanah) sehingga tercampur merata pada
separuh permukaan tanah olah. Kecuali pada tanah padang rumput yang tidak
dilakukan pengolahan tanah diberikan di permukaan tanah olah. Pemberian kapur
dengan alat penebar mekanik bermotor atau traktor akan lebih efektif dan
efisien pada lahan pertanian yang luas.
5. Pengapuran harus disertai pemberian bahan organik
tanah atau pengembalian sisa panen ke
dalam tanah.
Hal ini sangat penting untuk
menghindari pemadatan tanah dan pencucian, serta meningkatkan efek pemupukan.
Selain itu efek bahan organik terhadap pH tanah menyebabkan reaksi pertukaran
ligand antara asam-asam organik dengan gugus hidroksil dari besi dan aluminium
hidroksida yang membebaskan ion OH. Di samping itu, elekrton yang berasal dari
dekomposisi bahan organik dapat menetralkan sejumlah muatan positif yang ada
dalam sistem kolid sehingga pH tanag meningkat (Hue, 1992; Yu, 1989). Sedangkan
cara mengapur tanah masam itu sendiri ada beberapa tahap yang harus di lalui
dengan susah payah, yaitu :
1.
Persiapkan kapur
sesuai dosis yang telah di tentukan.
2.
Bersihkan lahan yang
akan di kapur dari rumput atau tanaman pengganggu lainnya.
3.
Cangkul / bajak tanah
secara keseluruhan.
4.
Bagi lahan dalam
beberapa petak. Misalnya lahannya adalah satu hektar, maka bagi menjadi 40
petakan, yang berarti tiap petak akan mendapat jatah 1/40 dosis kapur yang di
berikan.
5.
Petakan-petakan tersebut
dapat di tandai dengan tali atau lainnya, tanda apa sajalah pokoknya yang mau
mengapur bisa tahu, terserahlah seperti apa aku nggak perduli.
6.
Tebarkan kapur ke
seluruh lahan sesuai rencana.
Pengapuran yang berlebihan menyebabkan beberapa hal yang merugikan, antara lain :
1. Kekurangan besi,
mangan, tembaga dan seng yang diperlukan dalam proses fisiologis tanaman.
2. Tersedianya
fosfat dapat menjadi berkurang kembali karena terbentuknya kompleks kalsium
fosfat tidak larut.
3. Absorpsi fosfor
oleh tanaman dan metabolisme tanaman terganggu.
4. Pengambilan dan
penggunaan boron dapat terhambat.
5. Perubahan pH yang
melonjak dapat merugikan terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dan
ketersediaan unsur hara yang tidak seimbang.
Hal-
hal yang perlu di perhatikan dalam pengapuran tanah masam. Pengapuran pada tanah asam harus memperhatikan
beberapa hal yang penting, yaitu :
a).
Waktu pengapuran
Waktu pengapuran yang paling baik
adalah pada saat penghujung musim kemarau, apabila hujan sedang giat-giatnya
turun, maka sebaiknya pengapuran janganlah di lakukan.
b).
Dosis kapur
Sebaiknya dosis yang di berikan
jangan sampai over, karna bisa menyebabkan tanah menjadi basa, jika tanah basa
maka harus di beri belerang, dan hal ini sungguh sangat merepotkan. Untuk tanah
yang terlalu asam, di anjurkan untuk melakukan pengapuran secara bertahap,
misalnya setelah pengapuran pertama berjalan 2-3 minggu kemudian tanah di kapur
lagi.
Cara untuk menghitung kebutuhan
kapur biasanya dengan mengkalibrasikan dengan kandungan Al-dd. Yaitu dengan
cara :
Jika
diketahui kebutuhan kapur = 1 x Al-dd artinya 1 me Ca/100g tanah untuk
menetralkan 1 me Al/100 g tanah.
1 me Ca/100 gr tanah = Berat
Atom Ca/Valensi x me Ca/100 g tanah
1
me Ca/100 gr tanah = 40/2 x 1 me Ca/100 g tanah
=
20 mg Ca/100 g tanah
= 200 mg Ca/1 kg tanah x 2 x 106
(asumsi kedalaman tanah 20 cm, BV = 1 gr/cm3)
=
400 kg Ca/ha
3.2 Jenis-Jenis Kapur
Ada berbagai jenis kapur yang dapat
digunakan untuk pengapuran lahan pertanian. Jenis kapur tersebut antara lain:
1. Kapur giling = kapur Super, kalsit kelas 1 (CaCO3)
Kapur giling menduduki kelas utama
dalam pengapuran lahan pertanian. Bahan aslinya terutama mengandung CaCO3 atau
MgCO3 yang dapat mengubah keasaman tanah.
2. Kapur tohor = kapur hidup, kalsit kelas 2 (Quicklime)
Kapur giling atau bahan lain yang
kaya CaCO3dipanasi dengan suhu tinggi, terbentuk CO2 dan
kapur hidup. Kapur hidup ini terutama terdiri dari CaO jika yang digunakan
bahan berkadar Ca tinggi. Kadang-kadang kapur hidup juga masih
mengandung MgO bentuk kapur ini biasanya tepung halus, tapi dapat juga
mengandung beberapa gumpalan empuk (soft lumps). Bila dicampur air, membentuk
kapur mati. Bila tersentuh udara, kapur hidup lambat menyerap air dan CO2untuk
membentuk campuran kapur mati dan CaCO3 yang disebut kapur mati
udara.
3. Kapur dolomit CaMg(CO3)2
Kapur yang mengandung MgCO3 kira-kira
sama dengan kandungan CaCO3 disebut dolomit. Tektur dan kekerasan kapur
dolomit bervariasi, tetapi setela digiling sempurna dapat bekerja (bereaksi) baik
dengan tanah bila tidak terlalu banyak mengandung unsur lain. Dolomit sudah
umum diperdagangkan sebagai pupuk, karena kandungan Mg disamping Ca. Fungsinya sebagai
penambah unsur seperti halnya pada pupuk gypsum. Selayaknya koreksi terhadap
keasaman pada tanah kurus dimulai dengan pemberian kalsit, lalu diikuti dengan
dolomit untuk menambah daya guna lahan.
4. Kapur mati = slaked lime, Hydrated lime Ca(OH)2
Bahan ini diperoleh dengan
menyiramkan air pada kapur mentah (kapur hidup) yang kemudian biasa diperdagangkan
sebagai kapur untuk mengapur tembok. Kapur mati lambat mengambil dari CO2udara.
Penyerapan CO2 dan air oleh kapur hidup dan CO2 oleh kapur mati tidak
mengurangi nilai bahan untuk pengapuran, hanya saja untuk mendapatkan berat
tertentu CaO diperlukan kapur mati dalam jumlah besar.
5. Kapur liat = Napal, Marl
Marl adalah butiran
atau butir lepas, seringkali tak murni, CaCO3 yang berasal dari
cangkang binatang laut atau terbentuk dari presipitasi CaCO3 dari
perairan danau kecil atau kolam. Secara umum marl diartikan sebagai CaCO3 yang
lunak dan tidak tahan lapuk dan biasanya tercampur dengan lempung dan kotoran
lain. Istilah ini juga dipakai untuk hamper semua bahan yang tinggi kadar
kapurnya seperti beberapa tanah liat berkapur. Marl biasanya hamper semuanya
CaCO3 murni, tapi kadang-kadang mengandung tanah liat, debu
atau bahan organic yang tinggi. Marl sering digali dalam keadaan basah dan
sukar dihampar diatas tanah, kecuali sebelumnya dibiarkan kering. Penyebaran
marl tidak seluas kapur giling, dan penimbunannya jauh kurang ekstensif tapi
terdapat di banyak pantai.
Penggalian marl sederhana. Marl sering terdapat di bawah tanah
berat yang harus disingkirkan dahulu menggunakan alat berat seperti bulldozer.
Kemudin permukaan bedeng dipecah dengan bajak cakram atau traktor, lalu
dikeringkan atau langsung dumuat ke dalam truk. Pembajakan kadang-kadang
dilakukan untuk meng-aerasi lapisan permukaan sehingga cepat kering. Biasanya
marl tidak digiling atau ditapis.
6. Kapur tulis = kapur halus, Talk, Chalk, Ca(HCO3)2
Batuan ini merupakan bahan CaCO3 yang
lunak dan baik untuk pengapuran. D Inggris, bahan ini banyak digunakan namun di
Indonesia, belum lazim. Kapur tulis harus digiling sebelum digunakan, tapi
karena mudah pecah, hanya dibutuhkan sedikit tenaga.
7. Kapur bara = slag
Hasil samping industry besi ini
digunakan sebagai bahan pengapuran di daerah dekat udara panas setempat. Kapur
bara ini berbeda dengan kebanyakan jenis kapur lain dalam hal kandungan Cad dan
Mg, dan juga mengandung silikat misalnya berbeda pula dengan CO3 atau
oksida seperti kapur giling atau kapur tohor. Pemakaiannya sama efektifnya
dengan kapur giling yang seukuran.
Kapur bara dihasilkan dalam dua
bentuk yaitu yang diudara-dinginkan, sehingga harus digiling sebelum dipakai
dan berbutir yang hampir semua penghalusan partikel penting disempurnakan pada
proses granulasi (pembutiran). Bentuk kedua ini biasanya lebih cepat beraksi
dengan tanah. Seperti alnya kapur dolomit, kapur bara mengandung Mg dan
menjadikan Mg tersedia bagi tanaman. Kapur bara dasar (basic slag) yang juga
hasil samping industry besi dan logam terutama digunakan untuk menambah unsur P
pada tanaman, tetapi juga berguna sebagai bahan pengapuran.
Kapur bara yang
mengandung CaSi2O5, dapat juga dijadikan bahan
pengapuran. Kandungan Mg-nya amat sedikit dan P-nya juga rendah.
8. Kulit binatang dan lain-lain
Kulit kerang giling dan cangkang hasil laut
lainyya kaya akan CaCO3. Bila digiling halus, kulit binatang itu
akan berubah menjadi bahan agen pengapuran yang efektif.
Faktor-faktor yang
menentukan banyaknya kapur yang diperlukan :Ph
tanah, mutu kapur, tekstur tanah, kadar bahan organik tanah jenis tanaman.
3.3 Penggunaan Kapur Pertanian Pada Lahan Pertanian
Tanah masam atau asam pada umumnya
kurang baik atau tidak baik untuk budidaya tanaman karena mempunyai PH rendah
dan sangat menganggu pertumbuhan tanaman. KTK ( Kapasitas Tukar Kation ) rendah
,kejenuhan basa rendah dan kejenuhan AL tinggi.
Kemasaman di lahan lahan pasang
surut ( rawa ) di sebabkan oleh proses oksidasi pirit ( FES2 ) karena
menurunnya pirit atau terangkatnya pirit ke permukaan tanah akibat dari
pengolahan tanah yang tidak benar atau kurang tepat. Oksidasi pirit ini
menyebabkan tanah menjadi sangat asam / masam karena menghasilakn asam sulfat
dan terlepasnya ion H+.pembentukan asam tanah yang melewati daya sangga dapat
menghancurkan kisi mineral liat sehingga semakin banyak ion AL 3+ yang mendesak
ion CA,MG dan K sehingga hilang terbawa air.
Oksida AL dan FE yang terbentuk akan
mengikan anion fosfat dan molibdat sehingga menurunkan ketersediaannya.
Kelebihan AL 3* dalam tanah dapat menyebabkan pertumbuhan akar akar
tanamanterhamvat dan rusaknya tudung akar serta berkurangnya serapan atau daya
serap,angkutan hara dan air yang dengan sendirinya dapat menurunkan produksi
tanaman.
Upaya / usaha untuk memperbaiki
keasaman tanah dapat di lakukan dengan melalui:
·
pencucian,dan
·
ameliorasi lahan
berupa pengapuran dan pemberian bahan organik
Tujuan
dari pengapuran adalah untuk meningkatkan PH tanah:
a. meningkatkan ketersedeiaan unsur hara tanaman
b. mengurangi kelarutan unsur beracun seperti FE , AL dan
MN
c. memperbaiki setruktur tanah,serta mempercepat
perkembangan akar dan jasad renik ( mikroba ) terutama bakteri pengikat
NITROGEN dan nitrifikasi.
Manfaat
pemberian bahan organik tanah dapat meningkatkan setatus tanah sebab :
- tersedianya hara tanaman
terutama N, P, K.
- memperbaiki porositas,drainase
serta meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air.
- meningkatkan kandungan N dan
kapasitas tukar kation ( KTK ).
Penetapan Kebutuhan Kapur
Penetapan kebutuhan kapur dalam
lahan pertanian terutama di tanah masam / asam dapat di lakukan dengen beberapa
cara :
- pemberian kapur secara bertahap
atau bertingkat untuk mendapatkan takaran yang pas dengan hasil optimum.
- inkubasi tanah dengan pemberian
kapur bertahap untuk mencari takaran kapur yang dapat memberikan Ph yang
diinginkan.
- titrasi tanah dengan larutan
basa atau larutan sangga.
- menggunakan AL dapat tukar
sebagai indek kebutuhan kapur.
Tetapi
yang paling praktis dan mudah di kerjakan bagi para petani adalah dengan cara
inkubasi dan analisis tanah.
3.4 Cara Atau Aplikasi Pengapuran
Kapur yang akan di aplikasikan atau
di berikan ke lahan harus di pilih berdasarkan pertimbangan sifat kimia,harga,kecepatan
reaksi,dan kehalusan bahan sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
·
Aplikasi atau cara
pengapuran dapat dengan cara di tebar merata pada lahan yang akan di tanami
atau di larik di dalam barisan tanaman.Apabila pemberian dengan model larikan
dalam barisan tanaman kebutuhan kapur akan lebih sedikit.
·
Bila pemberian kapur
untuk tujuan sebagai sumber unsur hara maka kapur dapat di berikan sebelum
tanam.
Jika
pemberian kapur untuk tujuan menetralkan AL3 maka tahapan pemberiannya adalah :
- taburkan kapur secara merata
setelah pengolahan tanah pertama
- pemberian di lakukan 2 minggu
sebelum tanam dan sebaiknya di lakukan pada awal musim penghujan supaya
reaksi dapat berjalan dengan baik.
- campurkan secara merata kapur
dengan tanah melalui pengolahan tanah kedua.
- pemberian kapur cukup untuk
jangka waktu 5 th oleh karenanya pemberian kapur selalu diperhitungkan 2-3
kali dari takaran yang di butuhkan.dan selanjutnya pemberian berikut pada
tahun ke 6 dengan jumlah 0.25 dari takaran semula.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari
Bab 2
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Kapur banyak
mengandung unsure Ca maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam tanah pada
umumnya bukan karena tanah kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu
masam.
2.
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada
umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu
masam.
3.
Ada
berbagai jenis kapur yang dapat digunakan untuk pengapuran
lahan pertanian. Jenis kapur tersebut antara lain:
a.
Kapur giling = kapur Super, kalsit kelas 1 (CaCO3)
b.
Kapur tohor = kapur hidup kalsit kelas 2
(Quicklime),
c.
Kapur dolomit CaMg(CO3)2,
d.
Kapur mati = slaked lime, Hydrated lime Ca(OH)2,
e.
Kapur liat = Napal, Marl,
f.
Kapur tulis = kapur halus, Talk, Chalk, Ca(HCO3)2,
g.
Kapur bara = slag, Kulit binatang dan
lain-lain
4.
Besarnya
pengapuran tergantung dari :
a. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman. Setiap
macam tanaman memerlukan pH yang relatif berbeda.
b. Bentuk kapur dan kehalusaannya.
c. Jumlah kapur yang diberikan harus ditetapkan
berdasarkan perkiraan yang tepat berapa kenaikan pH yang diinginkan, tekstur,
struktur dan kandungan bahan organik tanah lapisan olah.
d. Cara pemberian kapur
e.
Pengapuran
harus disertai pemberian bahan organik tanah atau pengembalian sisa panen ke
dalam tanah.
5. Aplikasi atau cara pengapuran dapat dengan cara di
tebar merata pada lahan yang akan di tanami atau di larik di dalam barisan
tanaman
6.
Tujuan
dari pengapuran adalah untuk meningkatkan PH tanah:
d. meningkatkan ketersedeiaan unsur hara tanaman,
e. mengurangi kelarutan unsur beracun seperti FE , AL dan
MN
f. memperbaiki setruktur tanah,serta mempercepat
perkembangan akar dan jasad renik ( mikroba ) terutama bakteri pengikat
NITROGEN dan nitrifikasi.
4.2 Saran
Masalah tanah masam sangat kompleks, untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya
meningkat mendekati netral sebaiknya dilakukan pengapuran. Adapun upaya / usaha untuk memperbaiki keasaman tanah dapat dilakukan
dengan melalui: pencucian,dan
ameliorasi lahan berupa pengapuran dan pemberian bahan organik. Waktu dan dosis pengapuran
harus diperhatikan dengan baik. Untuk penetapan
kebutuhan kapur sebaiknya dengan
cara inkubasi dan analisis tanah karena mudah
dan praktis untuk digunakan petani.
DAFTAR
PUSTAKA
Aswanto,
Edi. 2012. Kapur Pertanian Dan pH Tanah.
http://sambilan-harianku.blogspot.com/2012/11/kapur-pertanian-dan-pH-tanak.html. Diakses
pada tanggal 27 oktober 2014 pada pukul 14:00 WIB.
Azhari.1995.
Manfaat Kapur. Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya:Palembang.
Bale, A. 2000. Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Foth. 1994. Kemasaman Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hakim, N. 1982. Kandungan Kapur
Dalam Tanah. http://www.tanindo.com/abdi12/hal
2501_htm. Diakses tanggal 28 Oktober 2014 pukul 13.00 WIB.
Hakim, N., Y. Nyakpa, dan . Lubis.
1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung.
Hanafiah.2008.
Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Pustaka:
Jakarta
Hardjowigeno, Suwono. 1987. Ilmu Tanah.Mediatama Sarana Pustaka: Jakarta.
Komprat, E. J. 1970. Exchange Able Alumunium as Creation for
Liming Leached Mineral Soils. Soilsci, soc. Amer Proc.
Kuswandi. 2005. Pengapuran Tanah Pertanian: Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius
Rahardis,Budi.2007.Langkah Pengapuran Pada Tanah Asam. http://iqra5.blogspot.com/2010/07/pengapuran-pada-tanah-asam.html. Diakses
tanggal 29 oktober 2014.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sukra.1986. Pengertian Pengapuran. Pustaka
Jaya;Bandung
Wiqoyah,Q.
2006. Penagruh kadar kapur waktu
perawatan dan perendaman terhadap kuat dukung tanah lempung. Dinamika
Teknik Sipil 6:16-24.
*Mero
0 komentar