PROSPEK PENGEMBANGAN KENTANG
DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI SULAWESI UTARA
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan
utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Kentang menempati urutan
pertama dalam memproduksi energi dan protein per hektar dan per unit waktu
(Central Internasional Potato, 1984). Oleh karena itu, kentang banyak ditanam
diberbagai wilayah dataran tinggi maupun dataran menengah (ketinggian tempat
> 700 Mdpl) yang mempunyai tanah subur.
Di Indonesia
kentang merupakan komoditas yang strategis dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Perkembangan usahatani kentang di Indonesia dalam dua dekade terakhir
ini sangat pesat, ditinjau dari perkembangan luas areal tanaman kentang, maupun
peningkatan produksi kentang yang naik rata-rata 5% per tahun, dengan
perkembangan harga cukup stabil mulai ditingkat petani sampai konsumen. Dari
tahun ke tahun luas areal, produksi dan produktivitas kentang berfluktuasi.
Pada tahun 2003, luas panen kentang di Indonesia 65.923 ha, dengan produksi
1.009.979 ton dan produkstivitas 15,32 ton/ha. Pada
tahun 2007, luas panen kentang di Indonesia menurun menjadi 62.375 ha dengan
produksi kentang yang juga menurun menjadi 1.003.732 ton, tetapi
produktivitas naik menjadi 16,09 ton/ha. Produksi kentang pada tahun 2009
menjadi 1.176.304 ton, kemudian turun lagi pada tahun 2010 menjadi 1.060.805
ton dan pada tahun 2011 hanya 955.488 ton. Perkembangan bisnis kentang sejak
tahun 2000 sampai sekarang juga semakin menarik, hal ini dilihat dari tingkat
kemandirian bangsa dalam menghasilkan dan memenuhi kebutuhan kentang dalam
negeri (http:/dds.bps.go.id/ eng/tab_sub/view.php,http://www.deptan.go.id)
Di Provinsi
Sulawesi Utara, tanaman kentang merupakan komoditas unggulan yang telah memberi
kontribusi pasokan terhadap produksi kentang nasional. Kentang berpeluang untuk
dikembangkan secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Pengembangan kentang di Provinsi Sulawesi Utara
direalisasikan dengan ditentukannya kawasan pengembangan kentang
"Modassi" (Modoinding, Modayag dan Passi). Pengembangan tersebut
mencakup tiga kecamatan yang berada di tiga kabupaten sebagai kawasan
hortikultura pendampingan intensif (KHPI) program Kementrian Pertanian sejak
tahun 2008. Kawasan kentang Modassi berada di dataran tinggi dengan topografi
datar hingga kemiringan <50%, serta memiliki areal yang luas untuk
pengembangan kentang.
Pengembangan kwasan kentang Modassi
ditentukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri (domestik Sulawesi
Utara dan Indonesia Timur) sebagai kentang sayur dan industri kentang olahan,
perbenihan serta ekspor. Kentang dari kawasan Modassi selain untuk memeuhi
kebutuhan lokal juga diperdagangkan antar pulau, seperti Pulau Jawa (Pasar
Induk Kramat Jati, Jakarta), Papua, Papua Barat, Maluku, Kalimantan dan Wilayah
Indonesia Timur lainnya melalui pelabuhan Bitung, Kota Manado, Pelabuhan
Gorontalo, Pelabuhan Palu, Majumu. Beberapa petani ada yang langsung menjual
kepada beberapa perusahaan mitra seperti PT. Indofood. Sehubungan dengan itu,
untuk mendukung keberlanjutan pasokan kentang secara kuantitatif maupun
kualitatif perlu didukung informasi lahan-lahan potensial untuk pengembangan
tanaman kentang dan sistem usahatani tanaman kentang sehingga dapat diketahui
inovasi teknologi yang diperlukan agar kualitas kentang dapat ditingkatkan.
0 komentar