BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia pernah menggunakan
istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama
dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta dictionary mendeskripsikan telematics
sebagai telecommunications informatics (telekomunikasi +informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science
of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui
jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai
bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk
menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi
proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi
pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala
waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK.
Pada dasarnyasetiap orang dapat
berkomunikasi satu sama lainnya karena
manusia selain mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki
kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama. Teknologi adalah
pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong
manusia menyelesaikan masalahnya.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah alat-alat hasil perkembangan
teknologi yang dipergunakan dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran
informasi sebagai salah satu proses komunikasi. Teknologi informasi dan
komunikasi terus berkembang sesuai zamannya.
Teknologi informasi serta Komunikasi
dewasa ini berkembang cepat menurut deretukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan
ke minggu, dari minggu ke hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik. Oleh
karena itu, para cerdik-cendekia sepakat
pada suatu argumen, bahwa: informasi memudahkan kehidupan manusia tanpa harus
kehilangan kehumanisannya.
Sejarah kehadiran radio swasta di
Indonesia memang khas. Dengan adanya sejarahnya inilah yang menyebabkan karakter radio dipandang secara ambivalen. Di
satu pihak dilihat hanya sebagai sarana hobby, di pihak lain sebagai institusi
sosial bermasyarakat. Sebagai sarana hobby, kehadirannya hanya untuk memenuhi
fungsi psikologis bagi penggunanya, karenanya tidak perlu dibebani dengan
fungsi sosial. Pengguna disini dari dua sisi, yaitu pengelola dan pendengar.
Pengelola dan pendengar adalah para hobbyist, yang memuaskan dorongan- dorongan
psikologis untuk memperoleh kesenangan. Karenanya pengelola disini dapat
digolongkan sebagai amatir. Sebaliknya sebagai institusi sosial, kehadirannya
dilekati dengan fungsi yang harus dijalankannya dalam sistem sosial. Keberadaan
dalam sistem sosial ini melahirkan pengelola sebagai aktor sosial yang harus
menjalankan fungsinya sesuai dengan harapan (expectation) dari masyarakat.
Harapan inilah yang menformat fungsi yang harus dijalankan oleh media massa
sebagai institusi sosial. Media massa akan mensuplai masyarakatnya untuk dapat
memasuki dunia yang dipilihnya. Materi informasi fiksional semacam musik akan membawa penggunanya ke dunia
subyektif, sedang materi faktual seperti berita (news) digunakan sebagai dasar
memasuki dunia sosial empiris. Pilihan seseorang akan informasi ditentukan oleh
posisinya dalam sistem sosial. Seseorang yang memiliki peran dalam sistem
sosial.
Dengan demikian, keberadaan media massa sangat ditentukan oleh
lingkungan sosiologis dari sistem sosialnya. Kehadiran radio swasta di
Indonesia tak terlepas dari perubahan-perubahan dalam masyarakat. Embrio radio
swasta mulai terasa terutama dari eksperimen elektronik dari kelompok-kelompok
amatir. Baru pada awal Orde Baru, radio non pemerintah dimanfaatkan dalam
fungsi sosial. Tetapi secara umum, radio non-pemerintah tetap lebih banyak
sebagai sarana hobby. Baru belakangan stasiun-stasiun ini diwajibkan dalam bentuk badan usaha
resmi. Hanya saja bersifat tunggal dalam pengendalian nya di pemerintahan
Begitu pula dalam bidang ekonomi dan bisnis. Tanpa adanya radio, jenis-jenis
usaha kecil yang susah sekali ditemukan oleh masyarakat itu tidak akan
berkembang tanpa adanya penyiaran promosi, maka dari itu promosi usaha sangat
penting untuk meningkatkan jenjang ekonomi dalam berbisnis.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
hubungan ilmu komunikasi dengan radio ?
2. Bagaimana
perspektif ilmu komunikasi melalui media radio ?
3. Bagaimana
sejarah terciptanya radio ?
4. Bagaimana
perkembangan radio di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui hubungan ilmu komunikasi dengan radio
2. Untuk
mengetahui perspektif ilmu komunikasi melalui media radio
3. Untuk
mengetahui sejarah terciptanya radio
4. Untuk
mengetahui perkembangan radio di Indonesia
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi ilmu komunikasi
menurut beberapa pakar dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu
Komunikasi, salah satunya Berelson dan Stainer, 1964 m engatakan bahwa
komunikasi ialah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan
lain-lain menggunakan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka, dan
lain-lain.
Intinya, setiap
komunikasi ingin membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Pesan
berupa lambang atau simbol nan menjalankan ide atau gagasan, perasaan, sikap,
tindakan dan praktik, bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar, angka, benda,
telatah atau tingkah laku, dan lain-lain.
Ada dua macam jenis
komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal ialah
komunikasi berupa kata-kata atau bahasa. Seiring perkembangannya, komunikasi
verbal menjadi komunikasi nan sering dilakukan manusia.
Namun demikian, tak semua
hal bisa dikomunikasikan dengan hanya menggunakan bahasa verbal. Di sinilah
diperlukan komunikasi nonverbal nan merupakan komunikasi berupa lambang atau
simbol
Berikut ini beberapa contoh komunikasi
verbal.
- Melakukan
percakapan secara langsung bertatap muka.
- Mendengarkan
warta atau cerita, baik secara langsung ataupun melalui media.
- Melakukan
panggilan lewat telepon.
- Interaksi
guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar.
- Aktivitas
jual beli, antara penjual dan pembeli.
Adapun contoh komunikasi nonverbal ialah
di bawah ini.
- Bahasa tubuh,
seperti bersalaman, sentuhan, anggukan kepala, dll.
- Ekspresi wajah, seperti senyum, tertawa,
mengkerut, dll.
Simbol-simbol atau lambang-lambang,
seperti baju seragam nan menunjukkan bukti diri si pemakai.
Komunikasi merupakan ilmu
pengetahuan sosial nan tak dapat lepas dari apa nan disebut persepsi, nan
merupakan inti dari komunikasi. Hal tersebut menggambarkan definisi ilmu
komunikasi.
Menurut Kenneth A Sereno
dan Edward M Bonaken dalam buku IImu Komunikasi, persepsi ialah wahana nan
memungkinkan kita memperoleh pencerahan akan sekeliling dan lingkungan kita.
Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, definisi
ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan pengalihan suatu pesan dari
satu sumber kepada penerima agar bisa dipahami.
Menurut John R. Wenburg dan William W
Wilmot, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan suatu usaha
buat memperoleh makna. Menurut Carl I.Hovland, definisi ilmu komunikasi ialah
ilmu nan berhubungan dengan proses nan memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan buat mengubah konduite orang lain.
Judy C pearson & Paul E melson
mengatakan bahwa definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan
proses memahami dan berbagi makna. Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, definisi
ilmu komunikasi ialah ilmu nan mempelajari proses makna di antara dua orang
atau lebih.
Menurut William I. Gordon, komunikasi
secara ringkas bisa diartikan sebagai suatu transaksi bergerak maju nan
melibatkan gagasan dan perasaan. Definsi ini juga erat kaitannya dengan
definisi ilmu komunikasi.
Menurut M. Djenamar. SH, definisi ilmu
komunikasi ialah ilmu nan mempelajari seni buat menyampaikan informasi dan
ide-ide seseorang kepada orang lain.
Menurut William Albig, definisi ilmu
komunikasi ialah ilmu nan mempelajari proses pengoperan lambang nan berarti di
antara individu-individu.
Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, definisi
ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan pengalihan suatu pesan dari
satu sumber kepada penerima agar bisa dipahami.
Markman, Murphy & Mendelson menyinggung
juga soal definisi ilmu komunikasi, di mana komunikasi ialah suatu komunikasi
buat membangun dan mempertahankan interaksi interpersonal.
Aristoteles juga menyinggung soal definisi
komunikasi, yaitu komunikasi merupakan alat di mana warga masyarakat bisa
berpartisipasi dalam demokrasi.
Drs. Redi Panuju menjelaskan bahwa definisi
ilmu komunikasi berhubungan dengan sistem genre nan menghubungkan dan kinerja
antarbagian dalam organisasi sehingga menghasilkan suatu sinergi.
Definisi ilmu komunikasi juga mencakup
pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal.
Anderson, komunikasi merupakan proses nan
bergerak maju dan secara kontinu berubah sinkron dengan situasi nan berlaku.
Pengertian komunikasi tersebut juga menjadi bagian dari definisi ilmu
komunikasi itu sendiri.
Barnlund, komunikasi timbul sebab didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan buat mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara
efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Definisi ilmu komunikasi pun
mencakup hal-hal nan telah disebutkan oleh Barnlund tadi.
Definisi ilmu komunikasi terkandung dalam
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977, yaitu menjelaskan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi di antara individu
melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Komunikasi ialah suatu proses nan membuat
sesuatu dari nan semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih. Pengertian komunikasi ini juga menjadi
bagian dari definisi ilmu komunikasi itu sendiri.
Itulah beberapa definisi
ilmu komunikasi berdasarkan pengertian komunikasi dari para ahli. Definisi ilmu
komunikasi sangat krusial dimengerti oleh kita semua, terutama bagi
mereka-mereka nan bergelut di bidang komunikasi.
Persepsi juga mempunyai
arti proses internal nan memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, di mana proses tersebut
mempengaruhi konduite kita.
Persepsi disebut inti
dari komunikasi sebab jika persepsi kita tak akurat, tak mungkin bisa
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah nan menentukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan nan lain.
Ada dua macam persepsi
manusia, yaitu persepsi internal dan eksternal. Atau lebih sederhananya yaitu
persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia.
Persepsi terhadap manusia
lebih sulit dan kompleks, mengingat manusia memiliki sifat dinamis. Persepsi
meliputi penglihatan melalui pengindraan, yaitu indra peraba, indra penglihat,
indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar.
Praktiknya setiap orang
memiliki persepsi nan berbeda, karenanya atensi (perhatian) setiap orang
berbeda terhadap sesuatu nan harus diresponnya berbeda-beda. Pilih bahasa atau
simbol nan baik buat pesan nan akan Anda sampaikan. Pilihlah bahasa nan mudah
dimengerti oleh versus bicara atau audiens Anda. Jika menggunakan simbol, pilih
simbol nan jelas dan tepat buat pesan nan ingin Anda sampaikan.
Radio adalah teknologi
yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi
elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas, dan
merambat lewat udara, dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa
udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul
udara).
Perspektif bisa diartikan
Sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita
gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita
peroleh. Suatu perspektif tidak berlaku secara semena – mena. Rumah adalah
rumah, tidak mungkin atas nama perspektif ia dianggap jeruk.
Jadi, perspektif pada
satu sisi menyerap benda itu sekaligus makna dari pengetahuan tentang benda itu
dalam kerangka epistemologis. Perspektif selalu mendahului observasi kita. Kita
bisa saja mengamati suatu peristiwa dengan pikiran kita yang terbuka dan
netral, namun begitu kita harus mengobservasi suatu hal, kita akan melakukannya
dengan cara tertentu.
Nilai perspektif kita
tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan
realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan
mencerminkan realitas, walaupun setiap perspektif pada tahap tertentu kurang
lengkap serta didistorsi.
Jadi yang menjadi inti
adalah upaya mencari perspektif yang dapat memberikan kepada kita
konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita.
Istilah paradigma dari Kuhn diinterpretasikan begitu berbeda-beda sehingga
mencegah penggunaannya secara netral. Simpulnya, pengunaan perspektif cukup
tepat bagi ilmu komunikasi, salah satu alasannya dapat ditemukan pada apa yang
dipaparkan oleh Fisher.
Fisher mengungkapkan
bahwa : “...Bilamana seseorang mengamati peristiwa komunikasi, orang tidah
memandang apakah orang itu yakin pada teori komunikasi tertentu atau memegang
teguh proposisi aksiomatis tertentu dalam benaknya. Yang terlihat olehnya
adalah bahwa orang tadi membuat gerakan dan suara tertentu. Relevansi atau arti
pentingnya dari gerakan dan suara itu merupakan produk dari konsep yang
dipergunakan untuk memahami peristiwa komunikatif tersebut. Konsep itu
menentukan apa yang relevan dalam peristiwa tadi ; dan dalam pengertian ini
maka apa yang tidak dicakup oleh orang tadi, dicakup oleh konsep tadi dan
dinyatakan sebagai hal yang tidak relevan”
(Fisher, 1990:89)
Pengukuran dan bebas
nilai, yang khas perspektif posotivisme, berarti mengakurkan teori pada
realitas sambil menyatakan bahwa apa yang ditemukan adalah apa adanya, tanpa
intervensi dari subyek pengamat. Menggunakan perspektif berarti menyadari bahwa
suatu pemahaman selalu dibangun oleh kait kelindan antara apa yang diamati dan
apa yang menjadi konsep pengamatan.
Konsekuensi dari penggunaan
perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui
sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan
manusia. Dan karena pemahaman kita adalah produk kemanusiaan, maka ia tunduk
para perubahan konseptual sebagaimana secara historis kita telah mengubah
konsep dan perspektif untuk menciptakan pemahaman kita ini.
Konsekuensi lain adalah
bahwa kita sebenarnya tidak menemukan realitas, melainkan “menciptakan”
realitas..soalnya, ketika kita melakukan penelitian saat itu kita mengamati
sesuatu “dengan cara tertentu”. Mau tidak mau terpaksa kita mengorganisasikan
pengamatan dan persepsi kita serta tidak dapat menghindarkan diri dari
mengorganisasikannya.
Bagaimana seseorang seharusnya menggunakan
pelbagai perspektif komunikasi manusia?haruskah kita berusaha mempergunakan
semua perspektif secara bersamaan?.
Fisher (1990:439)
mengungkapkan kembali, “Sudah tentu tidaklah mungkin – secara konseptual ajeg.
Penggunaan perpektif yang paling nyata haruslah secara sadar tanggap pada
perspektif yang dipakai, apa
implikasinya, dan keman ia mengarahkan kita. Kita harus tanggap pada pertanyaan
apa yang dapat ditanyakan dan karenanya dapat dijawab dalam rangka perspektif
itu. Kita perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yang tidak dapat
dipertanyakan, dan karenanya juga tidak dapat dijawab. Kita perlu mengetahui
apa yang seharusnya kita ketahui dan bagaimana menggunakan perspektif yang
paling tepat untuk membawa kita pada pengetahuan / pamahaman itu.”
Tiga perspektif ontologi dan epistemologi
:
1.
Realisme
Beranggapan bahwa
benda-benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana
secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat. Konsekuensinya nilai
kepercayaan, emosi dan apapu yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang
untuk terlibat ketika mengamati sesuatu.
2.
Nominalis
Menganggap bahwa dunia
sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari
sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas.
Seorang subjektifis, secara epistemologis meyakini bahwa dunia sosial pada
dasarnya adalah relatif dan hanya bisa dipahami dari sudut pandang individu
yang terlibat langsung dalam aktifitas yang dipelajari.
3.
Konstruksionis
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita
tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang
kita mengerti adalah struktur konstruksi kita
Konstruksivisme tidak bertujuan mengerti
realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Radio
Definisi Radio adalah teknologi yang
digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi
elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan
merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa
udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul
udara)
Pengertian “Radio” menurut
ensiklopedi Indonesia yaitu: penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang
elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang
gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran
radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep”
(Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang
berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Menurut
Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio
yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan
gelombang radio sebagai media.
Sedangkan menurut Versi
Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan pemancar luasan siaran melalui
sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa
dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau
media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang
harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah
:
1.
Spektrum frekuensi radio
2.
Sarana pemancaran/transmisi
3.
Adanya siaran (program atau acara)
4.
Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5.
Dapat diterima secara serentak/bersamaan
Di sini yang pertama-tama dimaksud
dengan istilah radio bukan hanya perbedaannya, bukan pula bentuknya, akan
tetapi mencakup bentuk fisik dan kegiatan radio yang saling menjalin dan tidak
terpisah satu sama lain. Radio siaran merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi massa. Melalui radio siaran suatu komunikasi yang akan disampaikan
oleh komunikator kepada kahalayak banyak dapat berlangsung dalam waktu yang
singkat dan komunikan akan menerima komunikasi secara bersamaan walaupun di
tempat yang berbeda dan terpencar.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda, seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian, yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda, seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian, yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.
3.2 Sejara Singkat Radio
Di sini ditekankan bahwa sejarah
radio yang dimaksud adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio
yang menggunakan gelombang radio. Dasar teori dari perambatan gelombang
elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk
Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan
elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara
antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan
teori Maxwell yaitu antara 1886 dan 1888, melalui eksperimen. Dan dia berhasil
membuktikan bahwa radiasi gelombang radio memiliki sifat-sifat gelombang
(sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan
elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal
sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu
untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984
membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat
menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada
tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public
Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda
tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik.
Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang
kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM).
Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring
perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian
mengubah cara transmisi sinyal radio.
Rata-rata pengguna awal radio adalah
para maritim, yang menggunakan radio untuk mengirimkan pesan telegraf
menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal
termasuk Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia saat Perang
Tsushima pada tahun 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah
saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk komunikasi antara
operator di kapal yang tenggelam dengan kapal terdekat dan komunikasi ke
stasiun darat. Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara
Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II; Jerman
menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel bawah lautnya
dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Program 14 Titik Presiden
Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang. Siaran mulai dapat
dilakukan pada 1920-an , dengan populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan
Amerika Serikat.Selain siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan
siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930-an.
Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah untuk mengembangkan
pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar.
Sekarang, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi
bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi terkenal,
siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan banyak hiburan
lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
Sejarah
media penyiaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sejarah media penyiaran
sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri.
Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi berawal dari ditemukannya
radio oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika. Sejarah media penyiaran
sebagai suatu industri dimulai di Amerika.
3.3 Perkembangan Penyiaran Radio Di Dunia
Industri penyiaran radio diawali
oleh David Sarnoff yang mendirikan perusahaan pembuat pesawat radio sistem AM
yang bernama RCA atau Radio Corporation of America. Liputan kegiatan Pemilu pada
tahun 1920 oleh Radio KDKA (USA) dianggap sebagai penyiaran berita pertama
secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Radio KDKA adalah stasiun
penyiaran radio yang berizin komersial yang didirikan oleh Frank Conrad.
Perkembangan industri penyiaran
radio FM dimulai ketika pertengahan tahun 1933, Edwin Howard Armstrong dari
Universitas Columbia berhasil menemukan frekuensi modulasi (FM), frekuensi yang
jauh lebih tinggi dari penyiaran radio AM (yaitu dari 88 sampai 108 MHz).
Armstrong kemudian mendemonstrasikan penemuannya kepada David Sarnoff. Namun
RCA ternyata lebih tertarik untuk mengembangkan televisi. Armstrong kemudian
menjualnya kepada beberapa perusahaan lainnya. Pengembangan radio FM sempat
tertunda karena meletusnya Perang Dunia ke 2 dan kalangan industri yang lebih
tertarik mengembangkan televisi.
Keuntungan
FM dari AM adalah :
1. Dapat
menghilangkan “interference” (gangguan, percampuran) yang disebabkan cuaca,
bintik-bintik matahari atau alat listrik.
2. Dapat
menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3. Hasil
audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
4. Prinsip
dasar penyiaran radio FM adalah proses berubahnya suara penyiar menjadi sinyal
listrik dengan menggunakan mikrofon yang kemudian digabung dengan sinyal pembawa
frekuensi tinggi dan disiarkan ke radio penerima. Radio penerima menyaring
sinyal pembawa tersebut dan menciptakan sinyal analog elektrik original, yang
diubah oleh speaker menjadi energi suara. Cakupan penyiaran FM dibatasi oleh
garis pandang dari bagian puncak pemancar, maka FM lebih cocok untuk masyarakat
di pusat kota daripada masyarakat di pedesaan.
Radio Am Radio AM (modulasi
amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio dan gelombang
audio. Kedua gelombang ini sama-sama memiliki amplitudo yang konstan. Namun
proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio)
sesuai dengan amplitude gelombang audio. Saat ini radio AM tidak terlalu banyak
digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
Radio Fm Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
Radio Fm Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
3.4 Sejarah Penyiaran Radio Di Indonesia
Perkembangan
penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada
tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan
komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat.
Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan
NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir
yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun
1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada
tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan
kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Sampai tahun 1997/1998 di Indonesia
tercatat 878 radio siaran swasta non pemerintah yang komersial, dengan rincian
511 berfrekwensi AM dan 367 berfrekwensi FM. Setelah era reformasi dimulai,
demikian tulis Hinca IP Pandjaitan dalam makalahnya “Tinjauan dan Kritisi Aspek
Hukum Dan Frekwensi Tentang Kebijakan Penyiaran Nasional dan Implikasinya”
bahwa sampai dengan tanggal 5 Maret 1999 sudah mencapai 915 buah dengan
komposisi 502 berfrekwensi AM dan 413 berfrekwensi FM. Posisi ini berubah pada
tanggal 27 Mei 1999 menjadi 930.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki 53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per hari.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki 53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per hari.
Jumlah
stasiun radio di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 1188 stsiun radio, 95%
berupa radio siaran swasta/non pemerintah dan 5% radio pemerintah atau RRI.
Sekitar 37% dari radio swasta beroperasi pada frekwensi AM dan sisanya 73% pada
frekwensi FM.
Di kabupaten Kuningan misalnya pada
masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi
AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan
peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain
seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio
masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung
meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio
dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.
3.5
Pembagian
Sistem Radio Siaran
Jika
dalam media massa cetak seperti surat kabar, pembagian ruangan untuk berita
disebut “editing” dan dianggap sebagai hal yang penting, maka dalam radio
siaran adalah pendistribusian waktu yang dinamakan programming dan ini dianggap
hal yang sangat penting. “Programming atau “penataan acara siaran” ini tidak
mempunyai pola yang baku. Ini banyak tergantung dari system pemerintahan dimana
badan radio siaran itu berada dan tergantung dari bentuk dan badan organisasi
radio siaran itu. Jadi, sistem radio siaran yang ditentukan oleh sistem
pemerintahan itu, menentukan jenis pembagian bahan siaran.
Pada
dasarnya sistem radio siaran dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Radio
Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and Operation Broadcasting) Badan radio
siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada
salah satu departemen. Pemerintah republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI
pada Departemen Penerangan. Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah
maka Radio Siaran Pemerintah melakukan operasinya dengan menyandang misi
pemerintah. Biayanyapun termasuk anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI
dari Radio Siaran Pemerintah lainnya adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari
periklanan. Jadi RRI tidak lagi berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal
ini dikukuhkan dengan SK Menteri Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun
demikian, sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang
komersial selalu dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari
hasilnya.
2. Radio
Siaran Semi Pemerintah (Public Corporation Broadcasting)
Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
3. Radio
Siaran Swasta (Private Enterprise Broadcasting)
Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
Ketiga sistem radio siaran tersebut
menentukan pembagian bahan siaran untuk diproduksikan dan disajikan kepada para
pendengar. Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang
dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia
3.6 Kelebihan Dan Kelemahan Radio
Sebagai unsur dari proses
komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan
sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar
yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optic.
Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik,
terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audiovisual.
Penyampaian pesan melalui radio
siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang
nirverbal, yang digunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda waktu pada
saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi
salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya
yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil
tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian
dengan media massa lainnya.
Karena
sifatnya auditori, untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan
dalam bentuk cara yang menarik. Bandingkan dengan media massa lainnya,
umpamanya televisi, kalau kita ingin menyampaikan pesan dalam bentuk drama.
Sebuah kisah di hutan, di dasar laut, ataupun di neraka lebih mudah disajikan
dibanding kalau disampaikan melalui surat kabar, televisi atau film. Penyajian
hal yang menarik dalam rangka penyampaian suatu pesan, adalah penting, karena
publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan di antara sekian banyak media
komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari setiap media. Dalam
hubungan ini musik memegang peranan sangat penting. Siapa orangnya tidak
tertarik oleh musik ? Di antara acara-acara musik yang memukau itulah
pesan-pesan disampaikan kepada pendengar. Radio merupakan sumber informasi yang
kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan
informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda
politik dan ideologi. Bagi pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi,
sarana imajinasi, dan pemberi informasi
Daya pikat untuk melancarkan pesan
ini penting, artinya dalam proses komunikasi, terutama melalui media massa,
disebabkan sifatnya yang satu arah (one way traffic communication). Komunikasi
hanya dari komunikator kepada komunikan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan
komunikan. Kelemahan ini bagi radio ditambah lagi dengan sifatnya yang lain,
yakni “sekilas dengar”. Pesan yang sampai pada khalayak hanya sekilas saja,
begitu terdengar begitu hilang. Arus balik (feedback) tidak mungkin pada saat
itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh,
tak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi. Karena kelemahan
itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari
teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut sehingga
komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.
Televisi dan radio dapat
dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu,
sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Radio merupakan sumber informasi
yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan
informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda
politik dan ideologi. Bagi pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi,
sarana imajinasi, dan pemberi informasi.
Di Indonesia, radio sebagai media
yang terkait dengan medium kebutuhan lokal. Media komunikasi massa yang hanya
memiliki skala lokalitas suatu daerah tertentu berbeda dengan televisi dan film
yang skalanya nasional.
Perkembangan radio di Indonesia
dimulai dari zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan
zaman orde baru. Radio siaran disebut sebagai “The Fifth Estate” atau memilki
lima kekuatan yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan informasi, menghibur,
mendidik serta melakukan kegiatan persuasif.
Kehadiran
media radio tidak dapat dilepaskan dari inovasi teknologi yang dilakukan
Marconi. Penggunaan media ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan khususnya
dalam bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat sebagai pengguna teknologi radio
berlanjut terus saat kemunculan teknologi radio yang bersifat penyiaran.
Radio mudah beradaptasi dan sering
dengan kehebatanya menyajikan bentuk siaran “live” (secara langsung), tidak
memerlukan pemrosesan film, tidak perlu menunggu proses pencetakan. Bahkan pada
saat ini radio digunakan sebagai media pendidikan yang menggunakan konsep dan
juga fakta.
4.2 Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena
terbatasnya pengetahuan kami dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap kepada para pembaca
yang budiman bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
Sekian
dari kami, Mohon maaf bila kata-kata kami kurang berkenan di hati anda karna
kami masih dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi
Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008,
Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju, Bandung, 1990,
Theo
Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
*Mero
*Mero
0 komentar