PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI MELALUI MEDIA RADIO

BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta dictionary mendeskripsikan telematics  sebagai telecommunications informatics (telekomunikasi +informatika)  meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK.
Pada dasarnyasetiap orang dapat berkomunikasi satu sama lainnya  karena manusia selain mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama. Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan  masalahnya. Teknologi informasi dan komunikasi adalah alat-alat hasil perkembangan teknologi yang dipergunakan dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran informasi sebagai salah satu proses komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang sesuai zamannya.
Teknologi informasi serta Komunikasi dewasa ini berkembang cepat menurut deretukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan ke minggu, dari minggu ke hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik. Oleh karena itu,  para cerdik-cendekia sepakat pada suatu argumen, bahwa: informasi memudahkan kehidupan manusia tanpa harus kehilangan kehumanisannya.
Sejarah kehadiran radio swasta di Indonesia memang khas. Dengan adanya sejarahnya inilah  yang menyebabkan  karakter radio dipandang secara ambivalen. Di satu pihak dilihat hanya sebagai sarana hobby, di pihak lain sebagai institusi sosial bermasyarakat. Sebagai sarana hobby, kehadirannya hanya untuk memenuhi fungsi psikologis bagi penggunanya, karenanya tidak perlu dibebani dengan fungsi sosial. Pengguna disini dari dua sisi, yaitu pengelola dan pendengar. Pengelola dan pendengar adalah para hobbyist, yang memuaskan dorongan- dorongan psikologis untuk memperoleh kesenangan. Karenanya pengelola disini dapat digolongkan sebagai amatir. Sebaliknya sebagai institusi sosial, kehadirannya dilekati dengan fungsi yang harus dijalankannya dalam sistem sosial. Keberadaan dalam sistem sosial ini melahirkan pengelola sebagai aktor sosial yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan harapan (expectation) dari masyarakat. Harapan inilah yang menformat fungsi yang harus dijalankan oleh media massa sebagai institusi sosial. Media massa akan mensuplai masyarakatnya untuk dapat memasuki dunia yang dipilihnya. Materi informasi fiksional semacam  musik akan membawa penggunanya ke dunia subyektif, sedang materi faktual seperti berita (news) digunakan sebagai dasar memasuki dunia sosial empiris. Pilihan seseorang akan informasi ditentukan oleh posisinya dalam sistem sosial. Seseorang yang memiliki peran dalam sistem sosial.
Dengan demikian,  keberadaan media massa sangat ditentukan oleh lingkungan sosiologis dari sistem sosialnya. Kehadiran radio swasta di Indonesia tak terlepas dari perubahan-perubahan dalam masyarakat. Embrio radio swasta mulai terasa terutama dari eksperimen elektronik dari kelompok-kelompok amatir. Baru pada awal Orde Baru, radio non pemerintah dimanfaatkan dalam fungsi sosial. Tetapi secara umum, radio non-pemerintah tetap lebih banyak sebagai sarana hobby. Baru belakangan stasiun-stasiun  ini diwajibkan dalam bentuk badan usaha resmi. Hanya saja bersifat tunggal dalam pengendalian nya di pemerintahan Begitu pula dalam bidang ekonomi dan bisnis. Tanpa adanya radio, jenis-jenis usaha kecil yang susah sekali ditemukan oleh masyarakat itu tidak akan berkembang tanpa adanya penyiaran promosi, maka dari itu promosi usaha sangat penting untuk meningkatkan jenjang ekonomi dalam berbisnis.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa hubungan ilmu komunikasi dengan radio ?
2.      Bagaimana perspektif ilmu komunikasi melalui media radio ?
3.      Bagaimana sejarah terciptanya radio ?
4.      Bagaimana perkembangan radio di Indonesia ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui hubungan ilmu komunikasi dengan radio
2.      Untuk mengetahui perspektif ilmu komunikasi melalui media radio
3.      Untuk mengetahui sejarah terciptanya radio
4.      Untuk mengetahui perkembangan radio di Indonesia


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Definisi ilmu komunikasi menurut beberapa pakar dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, salah satunya Berelson dan Stainer, 1964 m engatakan bahwa komunikasi ialah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain menggunakan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain.
Intinya, setiap komunikasi ingin membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Pesan berupa lambang atau simbol nan menjalankan ide atau gagasan, perasaan, sikap, tindakan dan praktik, bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar, angka, benda, telatah atau tingkah laku, dan lain-lain.
Ada dua macam jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal ialah komunikasi berupa kata-kata atau bahasa. Seiring perkembangannya, komunikasi verbal menjadi komunikasi nan sering dilakukan manusia.
Namun demikian, tak semua hal bisa dikomunikasikan dengan hanya menggunakan bahasa verbal. Di sinilah diperlukan komunikasi nonverbal nan merupakan komunikasi berupa lambang atau simbol
Berikut ini beberapa contoh komunikasi verbal.
  • Melakukan percakapan secara langsung bertatap muka.
  • Mendengarkan warta atau cerita, baik secara langsung ataupun melalui media.
  • Melakukan panggilan lewat telepon.
  • Interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar.
  • Aktivitas jual beli, antara penjual dan pembeli.

Adapun contoh komunikasi nonverbal ialah di bawah ini.
  • Bahasa tubuh, seperti bersalaman, sentuhan, anggukan kepala, dll.
  •  Ekspresi wajah, seperti senyum, tertawa, mengkerut, dll.
Simbol-simbol atau lambang-lambang, seperti baju seragam nan menunjukkan bukti diri si pemakai.
Komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial nan tak dapat lepas dari apa nan disebut persepsi, nan merupakan inti dari komunikasi. Hal tersebut menggambarkan definisi ilmu komunikasi.
Menurut Kenneth A Sereno dan Edward M Bonaken dalam buku IImu Komunikasi, persepsi ialah wahana nan memungkinkan kita memperoleh pencerahan akan sekeliling dan lingkungan kita.
    Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar bisa dipahami.
    Menurut John R. Wenburg dan William W Wilmot, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan suatu usaha buat memperoleh makna. Menurut Carl I.Hovland, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan proses nan memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan buat mengubah konduite orang lain.
    Judy C pearson & Paul E melson mengatakan bahwa definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan proses memahami dan berbagi makna. Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan mempelajari proses makna di antara dua orang atau lebih.
    Menurut William I. Gordon, komunikasi secara ringkas bisa diartikan sebagai suatu transaksi bergerak maju nan melibatkan gagasan dan perasaan. Definsi ini juga erat kaitannya dengan definisi ilmu komunikasi.
    Menurut M. Djenamar. SH, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan mempelajari seni buat menyampaikan informasi dan ide-ide seseorang kepada orang lain.
    Menurut William Albig, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan mempelajari proses pengoperan lambang nan berarti di antara individu-individu.
    Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu nan berhubungan dengan pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar bisa dipahami.
    Markman, Murphy & Mendelson menyinggung juga soal definisi ilmu komunikasi, di mana komunikasi ialah suatu komunikasi buat membangun dan mempertahankan interaksi interpersonal.
    Aristoteles juga menyinggung soal definisi komunikasi, yaitu komunikasi merupakan alat di mana warga masyarakat bisa berpartisipasi dalam demokrasi.
    Drs. Redi Panuju menjelaskan bahwa definisi ilmu komunikasi berhubungan dengan sistem genre nan menghubungkan dan kinerja antarbagian dalam organisasi sehingga menghasilkan suatu sinergi.
    Definisi ilmu komunikasi juga mencakup pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal.
    Anderson, komunikasi merupakan proses nan bergerak maju dan secara kontinu berubah sinkron dengan situasi nan berlaku. Pengertian komunikasi tersebut juga menjadi bagian dari definisi ilmu komunikasi itu sendiri.
    Barnlund, komunikasi timbul sebab didorong oleh kebutuhan-kebutuhan buat mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Definisi ilmu komunikasi pun mencakup hal-hal nan telah disebutkan oleh Barnlund tadi.
    Definisi ilmu komunikasi terkandung dalam Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977, yaitu menjelaskan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
    Komunikasi ialah suatu proses nan membuat sesuatu dari nan semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Pengertian komunikasi ini juga menjadi bagian dari definisi ilmu komunikasi itu sendiri.
Itulah beberapa definisi ilmu komunikasi berdasarkan pengertian komunikasi dari para ahli. Definisi ilmu komunikasi sangat krusial dimengerti oleh kita semua, terutama bagi mereka-mereka nan bergelut di bidang komunikasi.
Persepsi juga mempunyai arti proses internal nan memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, di mana proses tersebut mempengaruhi konduite kita.
Persepsi disebut inti dari komunikasi sebab jika persepsi kita tak akurat, tak mungkin bisa berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah nan menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan nan lain.
Ada dua macam persepsi manusia, yaitu persepsi internal dan eksternal. Atau lebih sederhananya yaitu persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia.
Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, mengingat manusia memiliki sifat dinamis. Persepsi meliputi penglihatan melalui pengindraan, yaitu indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar.
Praktiknya setiap orang memiliki persepsi nan berbeda, karenanya atensi (perhatian) setiap orang berbeda terhadap sesuatu nan harus diresponnya berbeda-beda. Pilih bahasa atau simbol nan baik buat pesan nan akan Anda sampaikan. Pilihlah bahasa nan mudah dimengerti oleh versus bicara atau audiens Anda. Jika menggunakan simbol, pilih simbol nan jelas dan tepat buat pesan nan ingin Anda sampaikan.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas, dan merambat lewat udara, dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Perspektif bisa diartikan Sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Suatu perspektif tidak berlaku secara semena – mena. Rumah adalah rumah, tidak mungkin atas nama perspektif ia dianggap jeruk.
Jadi, perspektif pada satu sisi menyerap benda itu sekaligus makna dari pengetahuan tentang benda itu dalam kerangka epistemologis. Perspektif selalu mendahului observasi kita. Kita bisa saja mengamati suatu peristiwa dengan pikiran kita yang terbuka dan netral, namun begitu kita harus mengobservasi suatu hal, kita akan melakukannya dengan cara tertentu. 
Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan mencerminkan realitas, walaupun setiap perspektif pada tahap tertentu kurang lengkap serta didistorsi.
Jadi yang menjadi inti adalah upaya mencari perspektif yang dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita. Istilah paradigma dari Kuhn diinterpretasikan begitu berbeda-beda sehingga mencegah penggunaannya secara netral. Simpulnya, pengunaan perspektif cukup tepat bagi ilmu komunikasi, salah satu alasannya dapat ditemukan pada apa yang dipaparkan oleh Fisher.
Fisher mengungkapkan bahwa : “...Bilamana seseorang mengamati peristiwa komunikasi, orang tidah memandang apakah orang itu yakin pada teori komunikasi tertentu atau memegang teguh proposisi aksiomatis tertentu dalam benaknya. Yang terlihat olehnya adalah bahwa orang tadi membuat gerakan dan suara tertentu. Relevansi atau arti pentingnya dari gerakan dan suara itu merupakan produk dari konsep yang dipergunakan untuk memahami peristiwa komunikatif tersebut. Konsep itu menentukan apa yang relevan dalam peristiwa tadi ; dan dalam pengertian ini maka apa yang tidak dicakup oleh orang tadi, dicakup oleh konsep tadi dan dinyatakan sebagai hal yang tidak relevan”  (Fisher, 1990:89)
Pengukuran dan bebas nilai, yang khas perspektif posotivisme, berarti mengakurkan teori pada realitas sambil menyatakan bahwa apa yang ditemukan adalah apa adanya, tanpa intervensi dari subyek pengamat. Menggunakan perspektif berarti menyadari bahwa suatu pemahaman selalu dibangun oleh kait kelindan antara apa yang diamati dan apa yang menjadi konsep pengamatan.
Konsekuensi dari penggunaan perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan manusia. Dan karena pemahaman kita adalah produk kemanusiaan, maka ia tunduk para perubahan konseptual sebagaimana secara historis kita telah mengubah konsep dan perspektif untuk menciptakan pemahaman kita ini.
Konsekuensi lain adalah bahwa kita sebenarnya tidak menemukan realitas, melainkan “menciptakan” realitas..soalnya, ketika kita melakukan penelitian saat itu kita mengamati sesuatu “dengan cara tertentu”. Mau tidak mau terpaksa kita mengorganisasikan pengamatan dan persepsi kita serta tidak dapat menghindarkan diri dari mengorganisasikannya.
Bagaimana seseorang seharusnya menggunakan pelbagai perspektif komunikasi manusia?haruskah kita berusaha mempergunakan semua perspektif secara bersamaan?.
Fisher (1990:439) mengungkapkan kembali, “Sudah tentu tidaklah mungkin – secara konseptual ajeg. Penggunaan perpektif yang paling nyata haruslah secara sadar tanggap pada perspektif  yang dipakai, apa implikasinya, dan keman ia mengarahkan kita. Kita harus tanggap pada pertanyaan apa yang dapat ditanyakan dan karenanya dapat dijawab dalam rangka perspektif itu. Kita perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yang tidak dapat dipertanyakan, dan karenanya juga tidak dapat dijawab. Kita perlu mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui dan bagaimana menggunakan perspektif yang paling tepat untuk membawa kita pada pengetahuan / pamahaman itu.”
Tiga perspektif ontologi dan epistemologi :
1.      Realisme
Beranggapan bahwa benda-benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat. Konsekuensinya nilai kepercayaan, emosi dan apapu yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu.
2.      Nominalis
Menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. Seorang subjektifis, secara epistemologis meyakini bahwa dunia sosial pada dasarnya adalah relatif dan hanya bisa dipahami dari sudut pandang individu yang terlibat langsung dalam aktifitas yang dipelajari.
3.   Konstruksionis
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita
Konstruksivisme tidak bertujuan mengerti realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.

BAB III
PEMBAHASAN



3.1 Pengertian Radio
            Definisi Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)
            Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu: penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
            Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah :
1. Spektrum frekuensi radio
2. Sarana pemancaran/transmisi
3. Adanya siaran (program atau acara)
4. Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5. Dapat diterima secara serentak/bersamaan
            Di sini yang pertama-tama dimaksud dengan istilah radio bukan hanya perbedaannya, bukan pula bentuknya, akan tetapi mencakup bentuk fisik dan kegiatan radio yang saling menjalin dan tidak terpisah satu sama lain. Radio siaran merupakan salah satu bentuk dari komunikasi massa. Melalui radio siaran suatu komunikasi yang akan disampaikan oleh komunikator kepada kahalayak banyak dapat berlangsung dalam waktu yang singkat dan komunikan akan menerima komunikasi secara bersamaan walaupun di tempat yang berbeda dan terpencar.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda, seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian, yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.

3.2 Sejara Singkat Radio
            Di sini ditekankan bahwa sejarah radio yang dimaksud adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang radio. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan 1888, melalui eksperimen. Dan dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang. Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984 membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
            Rata-rata pengguna awal radio adalah para maritim, yang menggunakan radio untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia saat Perang Tsushima pada tahun 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dengan kapal terdekat dan komunikasi ke stasiun darat. Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Program 14 Titik Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang. Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an , dengan populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.Selain siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930-an. Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah untuk mengembangkan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar. Sekarang, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
Sejarah media penyiaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika. Sejarah media penyiaran sebagai suatu industri dimulai di Amerika.

3.3 Perkembangan Penyiaran Radio Di Dunia
            Industri penyiaran radio diawali oleh David Sarnoff yang mendirikan perusahaan pembuat pesawat radio sistem AM yang bernama RCA atau Radio Corporation of America. Liputan kegiatan Pemilu pada tahun 1920 oleh Radio KDKA (USA) dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Radio KDKA adalah stasiun penyiaran radio yang berizin komersial yang didirikan oleh Frank Conrad.
            Perkembangan industri penyiaran radio FM dimulai ketika pertengahan tahun 1933, Edwin Howard Armstrong dari Universitas Columbia berhasil menemukan frekuensi modulasi (FM), frekuensi yang jauh lebih tinggi dari penyiaran radio AM (yaitu dari 88 sampai 108 MHz). Armstrong kemudian mendemonstrasikan penemuannya kepada David Sarnoff. Namun RCA ternyata lebih tertarik untuk mengembangkan televisi. Armstrong kemudian menjualnya kepada beberapa perusahaan lainnya. Pengembangan radio FM sempat tertunda karena meletusnya Perang Dunia ke 2 dan kalangan industri yang lebih tertarik mengembangkan televisi.
Keuntungan FM dari AM adalah :
1.      Dapat menghilangkan “interference” (gangguan, percampuran) yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik.
2.      Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3.      Hasil audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
4.      Prinsip dasar penyiaran radio FM adalah proses berubahnya suara penyiar menjadi sinyal listrik dengan menggunakan mikrofon yang kemudian digabung dengan sinyal pembawa frekuensi tinggi dan disiarkan ke radio penerima. Radio penerima menyaring sinyal pembawa tersebut dan menciptakan sinyal analog elektrik original, yang diubah oleh speaker menjadi energi suara. Cakupan penyiaran FM dibatasi oleh garis pandang dari bagian puncak pemancar, maka FM lebih cocok untuk masyarakat di pusat kota daripada masyarakat di pedesaan.
            Radio Am Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombang ini sama-sama memiliki amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitude gelombang audio. Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
Radio Fm Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.

3.4 Sejarah Penyiaran Radio Di Indonesia
            Perkembangan penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun 1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
            Sampai tahun 1997/1998 di Indonesia tercatat 878 radio siaran swasta non pemerintah yang komersial, dengan rincian 511 berfrekwensi AM dan 367 berfrekwensi FM. Setelah era reformasi dimulai, demikian tulis Hinca IP Pandjaitan dalam makalahnya “Tinjauan dan Kritisi Aspek Hukum Dan Frekwensi Tentang Kebijakan Penyiaran Nasional dan Implikasinya” bahwa sampai dengan tanggal 5 Maret 1999 sudah mencapai 915 buah dengan komposisi 502 berfrekwensi AM dan 413 berfrekwensi FM. Posisi ini berubah pada tanggal 27 Mei 1999 menjadi 930.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki 53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per hari.
Jumlah stasiun radio di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 1188 stsiun radio, 95% berupa radio siaran swasta/non pemerintah dan 5% radio pemerintah atau RRI. Sekitar 37% dari radio swasta beroperasi pada frekwensi AM dan sisanya 73% pada frekwensi FM.
            Di kabupaten Kuningan misalnya pada masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.

3.5  Pembagian Sistem Radio Siaran
            Jika dalam media massa cetak seperti surat kabar, pembagian ruangan untuk berita disebut “editing” dan dianggap sebagai hal yang penting, maka dalam radio siaran adalah pendistribusian waktu yang dinamakan programming dan ini dianggap hal yang sangat penting. “Programming atau “penataan acara siaran” ini tidak mempunyai pola yang baku. Ini banyak tergantung dari system pemerintahan dimana badan radio siaran itu berada dan tergantung dari bentuk dan badan organisasi radio siaran itu. Jadi, sistem radio siaran yang ditentukan oleh sistem pemerintahan itu, menentukan jenis pembagian bahan siaran.
Pada dasarnya sistem radio siaran dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Radio Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and Operation Broadcasting) Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Pemerintah republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI pada Departemen Penerangan. Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanyapun termasuk anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI dari Radio Siaran Pemerintah lainnya adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari periklanan. Jadi RRI tidak lagi berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal ini dikukuhkan dengan SK Menteri Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun demikian, sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang komersial selalu dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari hasilnya.
2.      Radio Siaran Semi Pemerintah (Public Corporation Broadcasting)
Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
3.      Radio Siaran Swasta (Private Enterprise Broadcasting)
Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
            Ketiga sistem radio siaran tersebut menentukan pembagian bahan siaran untuk diproduksikan dan disajikan kepada para pendengar. Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia

3.6 Kelebihan Dan Kelemahan Radio
            Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optic. Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audiovisual.
            Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang digunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian dengan media massa lainnya.
Karena sifatnya auditori, untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk cara yang menarik. Bandingkan dengan media massa lainnya, umpamanya televisi, kalau kita ingin menyampaikan pesan dalam bentuk drama. Sebuah kisah di hutan, di dasar laut, ataupun di neraka lebih mudah disajikan dibanding kalau disampaikan melalui surat kabar, televisi atau film. Penyajian hal yang menarik dalam rangka penyampaian suatu pesan, adalah penting, karena publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan di antara sekian banyak media komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari setiap media. Dalam hubungan ini musik memegang peranan sangat penting. Siapa orangnya tidak tertarik oleh musik ? Di antara acara-acara musik yang memukau itulah pesan-pesan disampaikan kepada pendengar. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi. Bagi pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan pemberi informasi
            Daya pikat untuk melancarkan pesan ini penting, artinya dalam proses komunikasi, terutama melalui media massa, disebabkan sifatnya yang satu arah (one way traffic communication). Komunikasi hanya dari komunikator kepada komunikan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan. Kelemahan ini bagi radio ditambah lagi dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”. Pesan yang sampai pada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar begitu hilang. Arus balik (feedback) tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi. Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.
            Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



4.1 Kesimpulan
            Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi. Bagi pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan pemberi informasi.
            Di Indonesia, radio sebagai media yang terkait dengan medium kebutuhan lokal. Media komunikasi massa yang hanya memiliki skala lokalitas suatu daerah tertentu berbeda dengan televisi dan film yang skalanya nasional.
            Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan zaman orde baru. Radio siaran disebut sebagai “The Fifth Estate” atau memilki lima kekuatan yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan informasi, menghibur, mendidik serta melakukan kegiatan persuasif.
Kehadiran media radio tidak dapat dilepaskan dari inovasi teknologi yang dilakukan Marconi. Penggunaan media ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat sebagai pengguna teknologi radio berlanjut terus saat kemunculan teknologi radio yang bersifat penyiaran.
            Radio mudah beradaptasi dan sering dengan kehebatanya menyajikan bentuk siaran “live” (secara langsung), tidak memerlukan pemrosesan film, tidak perlu menunggu proses pencetakan. Bahkan pada saat ini radio digunakan sebagai media pendidikan yang menggunakan konsep dan juga fakta.

4.2 Saran
     Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena terbatasnya pengetahuan kami dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap kepada para pembaca yang budiman bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
            Sekian dari kami, Mohon maaf bila kata-kata kami kurang berkenan di hati anda karna kami masih dalam proses pembelajaran.

























DAFTAR PUSTAKA






Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio,    LP3Y, Yogyakarta, 2001.

M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008,

Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju,           Bandung, 1990,


Theo Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius,      Yogyakarta, 1997


*Mero

0 komentar