LAPORAN
TETAP
PERHITUNGAN
KERUSKAN PADA TANAMAN PADI
(
Oryza sativa )
NAMA : HERA MEROLIZA
NIM : 05011181320069
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah
Swt karena atas berkat, rahmat dan ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan
praktikum dan laporan ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai salah satu syarat lulus dalam praktikum mata kuliah Dasar –
Dasar Perlindungan Tanaman pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada
para asisten yang selalu sabar dalam hal membimbing.
Dalam penyusunan laporan ini masih
terdapat kekurangan maupun kesalahan. Sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan demi penyempurnaan laporan berikutnya. Akhir kata saya
mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Indralaya,
23 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………1
KATA PENGANTAR….…….……………………………………………...……2
DAFTAR ISI….……………………………………………………………...……3
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………….4
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………4
1.2
Tujuan……………………………………………………………………….6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………..…………………………………….7
2.1 Tanaman Padi………………………………………………………………..7
2.2 Hama dan Penyakit
Tanaman Padi………………………………………...11
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM……………………………………………….15
3.1 Tempat dan
Waktu…………………………………………………………15
3.2 Alat dan
Bahan…..…………………………………………………………15
3.3 Cara
Kerja……….…………………………………………………………15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN….……………………………………………….16
4.1
Hasil……………..…………………………………………………………16
2.2
Pembahasan….…..…………………………………………………………27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN….……………………………………………….29
5.1 Kesimpulan.……..…………………………………………………………29
5.2 Saran……...….…..…………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA….……………………………………………………..….30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan produksi padi terus
diupayakan untuk mengimbangi kenaikan konsumsi, karena pertumbuhan jumlah
penduduk masih tinggi. Hama dan penyakit adalah salah satu kendala program
peningkatan produksi padi . Hama dan penyakit padi merupakan salah satu cekaman
biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil dan aktual, dan juga
menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia Tenggara hasil padi rata-rata 3,3
ton/ha, padahal hasil yang bisa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut
disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6% dan hama 15,2%. Di Indonesia, potensi
hasil varietas padi yang dilepas berkisar antara 5-9 ton/ha, sementara hasil
baru mencapai rata-rata 4,32 ton/tahun.
Luas serangan hama dan penyakit padi
berdasarkan komplikasi data Statistik Pertanian IV (SP IV 2006) oleh Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah tikus
152.638 ha/tahun, penggerek batang 89.048 ha/tahun, wereng coklat 26.542
ha/tahun, penyakit hawar daun bakteri 28.808 ha/tahun, penyakit tungro 13.327
ha/tahun dan blas 9.674 ha/tahun. Estimasi kehilangan hasil padi oleh hama dan
penyakit utama mencapai 212.948 ton GKP/musim tanam. Oleh sebab itu, keenam
hama dan penyakit penting ini perlu mendapatkan prioritas penanganan.
Kehilangan hasil tersebut jauh lebih rendah dari estimasi hasil survey di
daerah tropis Asia yang memperkirakan mencapai 37%.
Usaha peningkatan produksi padi
nasional secara berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan stabilitas hasil,
masih berpeluang besar melalui : (1) penggunaan sumber daya genetik untuk
perbaikan ketahanan varietas terhadap hama dan penyakit; (2) peningkatan peran
musuh alami hama dan penyakit sebagai agens pengendali hayati ; (3) pemanfaatan
beragam spesies tanaman yang potensial sebagai pestisida nabati yang efektif
dan ramah lingkungan ; (4) penyempitan
kesenjangan antara potensi hasil dengan hasil yang dicapai petani ; (5)
penenkanan kehilangan hasil prapanen oleh hama dan penyakit masih di atas 15% ;
(6) peningkatan pemahaman epidemiologi penyakit dan ekologi hama yang akan
menghasilkan komponen teknologi baru Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Populasi hama dan patogen penyebab
penyakit tanaman padi sangat dinamis karena potensi genetik dan pengaruh lingkungan biotik dan abiotik.
Pada dasarnya, semua organisme yang dalam keadaan terkendali tidak merugikan
jika keseimbangan ekologinya tidak terganggu.
Hama dan penyakit tanaman berasal
dari lokasi pertanaman atau datang (migrasi) dari lokasi lain karena daya tarik
tanaman padi. Pengetahuan tentang dinamika populasi hama dan patogen penyakit
adalah langkah pertama yang perlu ditempuh untuk menentukan cara pengendalian
yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Revolusi Hijau di Indonesia diawali
oleh introduksi varietas padi unggul baru (VUB) IR5 dan IR 8 yang responssif
terhadap pemupukan, terutama nitrogen. VUB ini akan menghasilkan gabah 2-3 kali
lipat lebih tinggi dari hasil varietas lokal kalau dipupuk urea pada takaran
tinggi (200-300 kg urea/ha). Penanaman VUB berumur genjah sampai sedang dan
rakus terhadap pemupukan memfasilitasi peningkatan intensitas tanaman.
Intensifikasi penanaman VUB secara terus-menerus mengalterasi fisiko-kimia
tanah dan iklim mikro. Maka timbulah biotipe baru hama dan patotipe baru
patogen. Pengendaliannya lebih banyak menggunakan pestisida. Brigade-brigade
pengendalian hama dan penyakit dibentuk di area Bimas untuk menyemprot
pestisida satu, dua, bahkan tiga kali dalam seminggu. Musuh alami hama ikut
punah karena aplikasi pestisida yang berlebihan. Modernisasi teknologi
mengakibatkan sistem produksi padi masuk ke dalam jebakan kompleksitas
pengelolaan hama yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Intensifikasi produksi padi sawah
untuk meningkatkan produksi agar dapat memenuhi kebutuhan beras yang terus
meningkat ternyata menyebabkan degradasi lingkungan, antara lain populasi air
(residu pestisida) dan udara (emisi gas metan). Konsentrasi residu pestisida
dan agrokimia lain telah diidentifikasi pada perairan wilayah irigasi Jatiluhur
dan sentra-sentra produksi lain. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian telah
menginventarisasi residu pestisida di sentra-sentra produksi padi, secara
sistematis residu pestisida dan dampaknya terhadap kesehatan petani.
Pada musim kemarau, hama dan
penyakit padi yang umumnya timbul berdasarkan tingkat keparahannya adalah
tikus, diikuti oleh penggerek batang, dan walang sangit. Oleh karena itu,
langkah-langkah pengendalian dititik beratkan pada hama tikus. Pada musim
hujan, hama dan penyakit yang biasa timbul adalah tikus, wereng coklat,
penggerek batang, lembing batu, penyakit tungro, blas, hawar daun bakteri, dab
berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Dalam keadaan khusus, hama dan
penyakit berkembang di luar kebiasaan tersebut. Misalnya pada musim kemarau
yang basah, wereng coklat dapat juga menjadi masalah bagi varietas rentan.
Pada poriode bera, larva penggerek
batang berada di dalam singgang dan adakalanya singgang terinfeksi virus
tungro, dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Di dalam jerami
bisa juga terdapat sklerotia dari beberapa penyakit jamur. Tikus bisa berada di
tengah-tengah tanaman lain atau bersembunyi di tanggul irigasi. Pada lahan yang
cukup basah, keong mas juga dapat ditemukan. Semua hama dan penyakit pada saat
bera bisa menjadi sumber hama dan penyakit pada pertanaman berikutnya.
Di persemaian dapat dijumpai tikus,
penggerek batang, wereng hijau, bibit terinfeksi tungro, dan telur siput
murbai. Hama dan penyakit pada stadia vegetative adalah siput murbai, ganjur,
hidrelia, tikus, penggerek batang, wereng coklat, hama penggulung daun, ulat
grayak, lembing batu, tungro, penyakit hawar daun bakteri, dan blas daun. Pada
stadia generative biasanya ada tikus, penggerek batang, wereng coklat, hama
penggulung daun, ulat grayak, walang sangit, lembing batu, tungro, penyakit
hawar bakteri, blas leher, dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk
memperkenalkan kepada mahasiswa untuk menentukan tingkat kerusakan mutlak dan
tingkat kerusakan bervariasi dari suatu tanaman yang terserang oleh patogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Tanaman
padi adalah sejenis tumbuhan yang sangat mudah ditemukan, apalagi kita yang
tinggal di daerah pedesaan. Hamparan persawahan dipenuhi dengan tanaman padi. Srbagian besar menjadikan padi sebagai sumber
bahan makanan poko. Padi merupakan tanaman yg termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25
spesies, tersebar didaerah tropis dan daerah subtropis, seperti Asia, Afrika,
Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang merupakan persilangan antara Oryza officicanalis dan Oryza sativa F. Spontane (Soetarto, 2001).
2.1.1 Sistematika Tanaman Padi
Tanaman padi adalah termasuk jenis
tanaman rumput-rumputan. Tanaman padi mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Poales
Familia :
Poaceae
Genus :
Oryza
Spesies :
Oryza sativa
2.1.2 Anatomi dan Morfologi Tanaman Padi
Tanaman padi termasuk tanaman yang
berumur pendek. Biasanya hanya berumur kurang dari satu tahun dan berproduksi
satu kali. Setelah tanaman padi itu berbuah dan dipanen, padi tidak tumbuh
seperti semula lagi, tetapi mati.
Menurut
Soetarto (2001), tanaman padi dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu sebagai
berikut :
2.1.2.1 Bagian Vegetatif
A. Akar
Akar adalah again tanaman yang berfungsi untuk
menyerap air dan zat makanan dari tanaman tanah, kemudian terus diangkut ke
bagian atas tanaman.
Akar tanaman padi dibedakan lagi menjadi : (1) akar
tunggang, yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah ; (2) akar
serabut, yaitu akar yang tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk
akar tunggang yang akan menjadi akar serabut ; (3) akar rumput, yaitu akar yang
keluar dari akar tunggang dan akar serabut, dan merupakan saluran pada kulit
akar yang berada diluar, serta berfungsi sebagai pengisap air dan zat makanan ;
(4) akar tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang rendah.
B. Batang
Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang
tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau
lebih pendek daripada jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat
lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter.
C. Anakan
Tanaman padi membentuk rumpun dengan anaknya.
Biasanya, anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi
secara bersusun, yaitu anakan pertama, anakan kedua, anakan ketiga, dan anakan
seterrusnya.
D. Daun
Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki
daun yang berbeda-beda, baik dari degi bentuk maupun susunan atau
bagian-bagiannya. Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Ciri khas daun padi
adalah adanya sisik dan daun telinga. Hal inilah yang menyebabkan daun padi
dapat dibedakan menjadi jenis rumput antara lain.
Adapun bagian-bagian daun padi, yaitu :
1.
Helaian
padi
Helaian padi ini terletak padsa batang padi serta
berbentuk memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebar padi tergantung
varietas yang bersangkutan.
2.
Pelepah
padi
Pelepah merupakan bagian daun yang menyelubungi
batang. Pelepah daun berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
3.
Lidah
daun
Lidah daun ini terletak pada perbatasan antara helai
daun (left blade) dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung
varietas padi yang ditanam. Warnanya juga berbeda-berbeda tergantung pada
varietas padi.
2.1.2.2 Bagian generatif
A. Malai
Malai
adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas.
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu
utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.
Panjang
malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam.
Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ; malai pendek kurang
20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm.
B. Buah padi
Buah
padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masuk bersatu
dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan pembuahan yang
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
1. Embrio (lembaga), yaitu
calon batang dan calon daun.
2. Endosperm, merupakan bagian
dari buah atau biji padi yang besar.
3. Bekatul, yaitu bagian buah
padi yang berwarna coklat.
C. Bentuk gabah
Beberapa
bentuk gabah, diantaranya yaitu gabah yang berbentuk ramping, seperti PB 22, si
Ampat ; panjang, seperti padi Bengawan, Shinta, dan Dewi Ratih ; bentuk
panjang, seperti padi PB 8, Seratus Malam, atau padi Gogo ; berbentuk gemuk,
seperti padi Letter, Remaja, jelita, Daram PB 5, Pelita 1-1 dan Pelita 1-2.
2.1.3 Syarat Tumbuh
Meskipun
padi adalah tanaman yang mudah kita temukan dimana-mana, namun tanaman padi
tidak dapat tumbuh di sembarang tempat. Padi memerlukan perlakuan khusus untuk
dapat tumbuh serta beberapa dukungan alam, di antaranya iklim dan tanah (Soetarto,
2001).
2.1.3.1 Iklim
Keadaan
suatu iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk padi. Tanaman
padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas dan banyak mengandung uap
air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperature, ketinggian tempat,
sinar matahari, angin, dan musim (Soetarto, 2001).
2.1.3.2 Curah Hujan
Tanaman
padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bukan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan dampak
yang baik dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi
di sawah dapat tercukupi (Soetarto, 2001).
2.1.3.3 Temperatur
Suhu memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan padi. Suhu yang panas merupakan temperature yang sesuai bagi
tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa, seperi
di negara kita.
Tananaman
padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230 C ke atas, sedangkan di
Indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan sepanjang tahun.
Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi ialah kehampaan pada biji
(Soetarto, 2001)
2.1.3.4 Tinggi Tempat
Jughun
berpendapat, hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah (1)
daerah antara 0-l650 meter dengan suhu 20,50 C, termasuk 96% dari
luas tanah di Jawa cocok untuk tanaman padi dan (2) daerah antara 650-1.500
meter dengan suhu 22,5o C masih cocok untuk tanaman padi (Soetarto, 2001).
2.1.3.5 Sinar Matahari
Sinar
matahari adalah sumber kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan sinar
matahari, termasuk padi. Sinar matahari diperlukan padi untuk melangsungkan
proses fotosintesis, terutama proses penggembungan dan kemasakan buah padi akan
tergantung terhadap intensitas sinar matahari (Soetarto, 2001).
2.1.3.6 Angin
Angin
memiliki peran yang cukup penting terhadap pertuymbuhan tanaman padi. Dengan
angin, tanaman padi dapat melakukan proses penyerbukan dan pembuahan. Namun,
angin juga memiliki peran negative terhadap perkembangan padi. Berbagai
penyakit, ditularkan oleh angin. Selain itu, angin juga mengakibatkan buah
menjadi hampa dan tanaman menjadi roboh (Soetarto, 2001).
2.1.3.7 Musim
Pertumbuhan
tanaman padi sangat dipengaruhi oleh musim. Musim yang kita kenal, khususnya di
Indonesia, adalah musim kemarau dan musim hujan. Penanaman padi pada musi
kemarau dan musim hujan memiliki dampak yang cukup besar terhadap kuantitas dan
kualitas padi. Penanaman padi pada musim kemarau akan lebih baik dibandingkan
padi musim hujan, asalkan pengairannya baik. Proses penyerbukan dan pembuahan
padi pada musim kemarau tidak akan terganggu oleh hujan sehingga padi yang
dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan tetapi, apabila padi ditanam pada musim
hujan, proses penyerbukan dan pembuahannya menjadi terganggu oleh hujan.
Akibatnya, banyak biji yang hampa (Soetarto, 2001).
2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Padi
2.2.1 Hama
A. Wereng
Wereng
penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi
berpunggung putih (Sogatella furcifera). Merusak dengan cara mengisap cairan
batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia.
Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman
seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Wereng
penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N.
impicticep). Merusak
dengan cara mengisap cairan daun. Gejala
di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan
mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga
kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil.
B.
Walang sangit
Menyerang
buah padi yang masak susu. Gejala serangannya menyebabkan buah hampa atau
berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak, pada daun
terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
C. Kepik hijau
Menyerang
batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah
padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman
terganggu.
D.
Penggerek batang padi
Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih
(Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan
merah jambu (Sesamia inferens). Dapat
menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna
kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering.
Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting
(pengisian biji) disebut “beluk”.
2.2.2 Penyakit
A. Penyakit Bercak Coklat Pada Daun Padi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helmintosporium Oryzae. Gejala penyakit ini adalah adanya bercak
coklat pada daun berbentuk oval yang tersebar merata di permukaan daun dengan
titik abu-abu atau putih. Titik abu- abu atau putih di tengah bercak meruapakan
gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda
berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk bulat. Pada varietas yang peka
panjang bercak dapat mencapai 1 cm. Pada serangan berat jamur dapat menginfeksi
gabah dengan gejala bercak warna hitam atau coklat gelap pada gabah. Jamur H.
oryzae menginfeksi daun baik melaui stomata maupun menembus langsung dinding
sel epidermis setelah membentuk apresoria, Konidia lebih banyak dihasilkan
bercak yang sudah berkembang(besar) kemudian konidia di hembuskan oleh angin
dan menginfeksi secara sekunder. Jamur dapat bertahan sampai 3 tahun pada
jaringan tanaman dan lamanya bertahan sangat dipengaruhi lingkungan. Selain
gejala di atas gejala lainnya yaitu menyerang pelepah, malai, buah yang baru
tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi
tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
B.
Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh.
Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan
kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.
Gejala awal dari serangan ini adalah adanya becak-becak nekrosis di
sekitar pinggir daun, yang semakin lama akan menyatu dan berubah warna menjadi
kering kecoklatan. Serangan menyebabkan gagal panen.
C. Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang
telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit
ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
D. Penyakit
bakteri daun bergaris/Leaf streak
Penyebab: bakteri X. translucens. Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis basah berwarna
merah kekuningan pada helai daun sehingga daun seperti terbakar.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Pratikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman tentang penilaian kerusakan penyakit
tanaman dilaksankan pada hari kamis tanggal 19 April 2015 jam 12 : 30 WIB di
Laboratorium insectarium jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pda pratikum ini yaitu : 1) alat tulis 2) kamera . Adapun bahan yang digunakan pada
pratikum ini yaitu : 1) tanaman padi
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja pada pratikum ini adlah
sebagai berikut :
1)
Bawalah mahasiswa pratikum kelapangan
disekitar kampus unsri dan amatilah tanaman tanaman yang ada dilapang tersebut.
2)
Bloklah tanaman yang sakit tersebut, dan
beri penjelasan mengenai car perhitungan kerusakan mutlak (persentase keruskan)
dan kerusakn bervariasi (intesitas serangan).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat pad pratikum ini
adalah sebagai berikut
:
4.1.1 Anakan:
4.1.1.1 Anakan
ke-1 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.2. Anakan ke-2 Tanaman Padi
Perhitungan
kerusakan mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan bervariasi
(intesitas serangan)
4.1.1.3. Anakan Ke-3 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.4. Anakan Ke-4 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.5. Anakan Ke-5 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.6. Anakan Ke-6 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.7. Anakan Ke-7 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.8. Anakan Ke-8 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan mutlak
(persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.9. Anakan Ke-9 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.10. Anakan Ke-10 Tanaman Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.1.1.11. Satu Rumpun Tanaman
Padi
Perhitungan kerusakan
mutlak (persentase kerusakan)
Perhitungan kerusakan
bervariasi (intesitas serangan)
4.2 Pembahasan
Pada pratikum perhitungan
kerusakan tanaman digunakan tanaman padi untuk melihat tingkat keruskan mutlak
(persentase kerusakan) dan tingkat kerusakan bervariasi (intesitas serangan).
Gejala kerusakan mutlak,
yaitu gejala rusaknya secar mutlak dari tanaman, atau bagian tanaman, batang, malai,
daun, seperti misalnya serangan jamur Rhizoctonia
solania penyebab penyakit rebah kecambah, sehingga mematikan tanaman
tersebut secara mutlak. Gejala kerusakan bervariasi adalah gejala rusaknya
tanaman atau bagian tanaman misalnya bagian daun, seperti akibat serangan jamur
Cercospora spp. Yang menyerang daun
kacang tanah, shingga bagian daun tersebut mengalmi kerusakan yang bervariasi.
Dari hasil pemgamatan
didapat tingkat kerusakan penyakit tanaman terhadap tanaman yang diamati adalah
:
Pada anakan ke-1 jumlah
daun 7
helai. 3
daun tidak terserang penyakit, 1
daun
terserang penyakit dengan luas serangan
> 50%, dan 3
daun rusak parah. Persentase keruskan
mutlak
dan
persentase kerusakan bervariasi
.
Pada anakan ke-2 jumlah
daun 6 helai. 2
daun tidak terserang penyakit, 1 daun terserang penyakit dengan luas seranagan > 25%, 2 daun terserang
penyakit dengan luas
serangan > 50%, dan 1 daun rusak parah. Persentase kerusakan mutlak
dan
persentase kerusakan bervariasi
.
Pada anakan ke-3 jumlah
daun 6
helai. 2 daun tidak terserang penyakit, 1 daun terserang penyakit dengan luas
serangan < 25%, 2
rusak parah, dan 1 daun rusak
total.
Persentase keruskan mutlak
dan
persentase keruakan bervariasi
.
Pada anakan ke-4 jumlah
daun 4 helai. 2 daun tidak terserang penyakit, 1 daun terserang penyakit dengan
luas serangan >25%, dan 1 daun rusak total. Persentase keruskan mutlak 50% dan
persentase keruakan bervariasi
.
Pada anakan ke-5 jumlah
daun 4 helai. 1 daun tidak terserang penyakit, dan 3 daun terserang penyakit dengan luas serangan > 50%. Persentase
keruskan mutlak 75% dan persentase
kerusakan bervariasi
.
Pada anakan ke-6 jumlah
daun 7
helai. 3
daun tidak terserang penyakit, 2 daun terserang penyakit dengan luas serangan > 50%, dan 3 daun rusak
parah. Persentase keruskan mutlak
dan persentase kerusakan bervariasi
.
Pada anakan ke-7 jumlah daun 4 helai. 2 daun tidak terserang
penyakit, dan
2
daun terserang penyakit dengan luas serangan
< 25. Persentase keruskan
mutlak 50% dan persentase kerusakan bervariasi 50%.
Pada anakan ke-8 jumlah
daun 6
helai. 2 daun tidak terserang penyakit, 2 daun terserang penyakit dengan luas serangan > 50, dan 2 helai daun rusak total..
Persentase keruskan mutlak
dan
persentase kerusakan bervariasi
Pada anakan ke-9 jumlah
daun 9
helai. 4
daun tidak terserang penyakit, 3
daun terserang penyakit dengan luas serangan
< 25%, dan 2 daun terserang penyakit dengan luas serangan > 50%. Persentase
keruskan mutlak
dan
persentase kerusakan bervariasi
.
Pada anakan ke-10 jumlah daun 5 helai. 2 daun tidak terserang penyakit, 1
daun terserang penyakit dengan luas serangan
< 25%, dan
2 daun terserang penyakit dengan luas
serangan > 50. Persentase keruskan
mutlak 60% dan
persentase kerusakan bervariasi
Pada satu rumpun tanaman padi jumlah daun 58 helai. 23 daun tidak terserang
penyakit, 6
daun terserang penyakit dengan luas serangan
< 25%, 4 daun terserang penyakit dengan luas serangan > 25%, 18 daun terserang penyakit dengan luas
serangan > 50% dan 7
daun rusak parah. Persentase keruskan
mutlak
dan persentase kerusakan bervariasi
Dari
hasil pengamatan juga didapat adanya gejala serangan hama belalang, terbukti adanya bekas gigitan
pada daun padi. Selain itu adanya bercak coklat pada
daun berbentuk oval yang tersebar merata di permukaan daun dengan titik abu-abu
atau putih, yang disebabkan oleh jamur Helmintosporium Oryzae. Disebut
dengan penyakit bercak coklat pada
daun padi. Hampir sebagian daun-daun padi juga menguning
akibat kekurang unsur hara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
didapatkan pada partikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Penyakit adalah penyimpangn-penyimpangan
tumbuh, baik pada bagian tertentu tanaman maupun pada seluruh bagian tanaman
tersebut, yang disebabkan gangguan abiotik dan biotik.
2.
Penyebab penyakit pada tanaman yaitu adanya gangguan tehadap tanaman yang
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, protozo, dan nematoda.
3.
Akibat adanya serangan patogen dapat
menimbulkan dua macam gejala kerusakan yaitu gejala kerusakan mutlak
(persentase kerusakan) dan gejala kerusan bervariasi (intesitas serangan).
4.
Gejala keruskan mutlak (persentase
kerusakan) adalah gejala rusaknya secara mutlak dari tanaman, atau bagian
tanaman, batang, malai, daun serta dapat menyebabkan kematian tanaman secara
mutlak.
5.
Gejala kerusakan bervariasi (intesitas
serangan) adalah gejala rusaknya tanaman atau bagian tanaman seperti daun serta
dapat menimbulkan kerusakan bervariasi.
5.2 Saran
Pada
saat pratikum diharapkan pratikan agar dapat mengambil data yang lengkap dan
lebih teliti dalam melakukan perhitungan, sehigga perhitungan kerusakan tanaman
yang terserang penyakit didapatkan hasil yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Balingtan
(Balai Penelitian Lingkungan Pertanian).2008. “Penelitian Lingkungan Pertanian Menuju Mekanisme Pembangunan
Bersih”. Balingtan
Savary, S., et al. 1996. “A Survei Portfolio for the
Characterization of Rice Pest Constrains”.
IRR Discussion Paper Series No.18, IRR.
Soetarto, A.,
dkk.2001. “Sistem Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Mendukung Sistem Produksi Padi Berkelanjutan”. Implementasi Kebijakan Strategis untuk Meningkatkan Produksi Padi Berwawasan Agribisnis
dan Lingkungan. Puslibang Tanaman Pangan.
247 p.
Suprihatno B,
dkk. 2006. Deskripsi Varietas Padi.
Balai Besar Tanaman Padi.78 p.
0 komentar