TUGAS
ASISTENSI
METODE
PARTISIPATIF
METODE-METODE
DALAM PENGEMBANGAN PARTISIPATIF
OLEH
:
HERA
MEROLIZA
(05011181320069)
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
METODE-METODE
DALAM PENGEMBANGAN PARTISIPATIF
1.
Participatory Rural Appraisal (PRA)
Metode PRA merupakan metode pembelajaran
masyarakat. Teknik-teknik kajian keadaan masyarakat tersebut hanyalah sebagai
alat pada proses belajar dengan masyarakat. Proses belajar itu sendiri tidak
berhenti pada saat kegiatan pengkajian keadaan saja, tetapi juga pada saat
“orang luar” menjalankan program bersama masyarakat. Ada beberapa catatan yang
harus diperhatikan:
a)
Pengertian belajar meliputi kegiatan menganalisis,
merencanakan dan bertindak.
b)
PRA lebih cocok disebut metode-metode (jamak) dari
pada metode atau pendekatan (tunggal).
c)
PRA memiliki metode metode dan teknik teknik yang bias
kita pilih. Sifatnya terbuka untuk menerima cara cara dan metode baru yang
lebih cocok.
Dimaksudkan sebagai metode pendekatan
belajar tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat
sendiri. Pengertian belajar disini mempunyai arti luas karena meliputi juga
kegiatan, mengkaji merencanakan dan bertindak.
Tujuan dari metode PRA ini adalah
untuk mengumpulkan rancangan yang memfasilitasi agar pembelajaran dapat
dilakukan oleh masyarakat desa sendiri. Pengertian belajar disini mempunyai
arti luas, karena meliputi juga kegiatan mengkaji, merencanakan dan bertindak.
Tujuan utama dari metode PRA ini adalah untuk menghasilkan rancangan program
yang lebih sesuai dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Lebih dari itu, PRA
juga bertujuan memberdayakan masyarakat, yakni dengan pengembangan kemampuan
masyarakat dalam mengkaji keadaan mereka sendiri, kemudian melakukan perencanaan
dan tindakan. Dalam metode ini masyarakat juga dilibatkan secara langsung dalam
tahap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, menggunakan alat kajian, dan
adanya pemadu.
Metode PRA tekanannya bukanlah pada
kemampuan teknik teknik PRA dalam partisipasi pengumpulan data, penggunaan alat
kajian dan prinsip kepemanduan. Penekanannya justru pada proses belajar
masyarakat dan tujuan praktis untuk pengembangan program. Sebab penerapan
metode PRA adalah untuk mendorong masyarakat turut serta meningkatkan dan
mengkaji pengetahuan mereka mengenai kehidupan dan kondisi mereka sendiri, agar
mereka dapat menyusun rencana dan tindakan. Metode PRA juga bersifat terbuka
untuk menerima cara-cara dan metode baru.
Prinsip prinsip PRA:
a)
Prinsip mengutamakan yang terabaikan (Keberpihakan)
b)
Prinsip Pemberdayaan (Penguatan) Masyarakat.
c)
Prinsip Masyarakat sebagai Pelaku, orang luar sebagai
fasilitator.
d)
Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan.
e)
Prinsip santai dan informal
f)
Prinsip triangulasi
g)
Prinsip mengoptimalkan hasil
h)
Prinsip orientasi praktis
i)
Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
j)
Prinsip belajar dari kesalahan
k)
Prinsip terbuka
Unsur-unsur
metode PRA adalah untuk merangkum seluruh pengertian Metode PRA yang
terdiri dari:
a)
Proses Belajar (saling
bertukar pengalaman dan pengetahuan).
b)
Alat Belajar (Teknik
teknik PRA)
c)
Dan Hasil belajar/ Output
Belajar yang diharapkan (tercapainya tujuan jangka pendek yaitu rencana program
serta tercapainya tujuan jangka panjang yaitu tercapainya kea rah pemberdayaan masyarakat)
yang sekaligus berarti perubahan social.
2.
Rapid Rural Appraisal (RRA)
Metoda RRA digunakan untuk
pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan
tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program
pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua
informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang
gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program
tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat
tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metoda
RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan,
dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas,
seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah
metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan pengertian
atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut
dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan
pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan
aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah
sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di
samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan
perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi
di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut James Beebe
(1995), metoda RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh
dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis
yang berbeda. Metoda ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif
bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian
tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Metoda RRA memiliki tiga
konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan
data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).
3. Focus Group Discussion (FGD)
FGD secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2)
mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang
sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui
diskusi kelompok.
Sesuai namanya, pengertian Focus
Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah (bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya
adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan
beberapa orang di kafe-kafe. FGD bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa
orang untuk membicarakan suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD
dilakukan untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi
yang dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu
permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah
FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang semata-mata digelar
untuk mencari konsensus.
Sebagai alat penelitian, FGD dapat
digunakan sebagai metode primer maupun sekunder. FGD berfungsi sebagai metode
primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian atau metode utama
(selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD sebagai
metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi riset yang
bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam
kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau sekunder, data yang
diperoleh dari FGD adalah data
kualitatif.
Di luar fungsinya sebagai metode
penelitian ilmiah, Krueger & Casey (2000: 12-18) menyebutkan, FGD pada
dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan, misalnya (1)
pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau
program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.
FGD harus dipertimbangkan untuk
digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:
a)
Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang
tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan.
b)
Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman
perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.
c)
Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data
kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang
kompleks dan berimplikasi luas.
d) Peneliti
ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar
pendapat langsung dari subjek risetnya.
FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode
penelitian sosial jika:Peneliti ingin memperoleh konsensus dari
masyarakat/peserta
a)
Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
b)
Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang
tidak akan bisa di-share dalam sebuah forum bersama kecuali jika
pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara peneliti dan informan.
c)
Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin
kerahasiaan diri informan yang berkategori “sensitif”.
d) Metode lain
dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
e)
Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan
informasi yang sama.
Meskipun terlihat sederhana,
menyelenggarakan suatu FGD yang hanya berlangsung 1 -3 jam, memerlukan
persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus. Ada prosedur dan standar tertentu
yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
4. Zielobjective
Oriented Project Planning (ZOPP)
Perencanaan partisipatif melalui
metode ZOPP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka
mengkaji keadaan desa. Ada empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan
desa.
a)
Kajian permasalahan,
dimaksudkan untuk menyidik masalah masalah yang terkait dengan suatu keadaan
yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek pembangunan.
b)
Kajian tujuan, untuk
meneliti tujuan-tujuanyang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah
masalah tersebut.
c)
Kajian alternatif
(pilihan-pilihan), untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling
member harapan untuk berhasil.
d)
Kajian peran, untuk
mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan sebagainya) yang
terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.
Melalui penggunaan alat kajian itu
maka metode ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas
dalam suatu kerangka logis. Metode ZOPP, dalam penerapannya dapat dikenali dari
ciri ciri utamanya. Dibawah ini tertera cirri ciri utama metode ZOPP:
a)
Adanya kerja kelompok, bahwa perencanaan dilakukan
oleh semua pihak yang terkait dengan proyek (mencirikan keterbukaan)
b)
Adanya peragaan, pada setiap tahap dalam perencanaan
direkam secara serentak dan lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu
mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan).
c)
Adanya kepemanduan, yakni kerjasama dalam penyusunan
perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak terkait
dengan proyek, tetapi membantu untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan).
Metode ZOPP sangat mengandalkan
pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang dikontribusikan oleh peserta. Beberapa
prinsip dasar yang penting dari metode ini adalah:
a)
Kerjasama semua para pihak akan lebih lancer dan
produktif jika semua yang terlihat telah menyetujui tujuan bersama dan
mengemukakannya secara jelas.
b)
Dalam kerjasama pembangunan, pemecahan atau
penghapusan masalah harus diatasi dari akarnya-penyebabnya. Oleh sebab itu
perlu dilakukan analisis masalah serta sebab akibatnya. Dari situ dapat
dilakukan dirumuskan tujuan yang lebih realistis.
c)
Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi,
tetapi terkait dengan orang, kelompok dan organisasi. Oleh sebab itu, kita
hanya bias berbicara tentang masalah jika kita meiliki pemahaman dan gambaran
yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok, individu dan institusi
yang terlibat.
5. Participatory
Impact Monitoring (PIM)
PIM merupakan alat analisis baru untuk mengelola suatu
program, yang didesain untuk proyek-proyek dalam bentuk kelompok atau
organisasi yang mandiri, termasuk organisasi masyarakat. Peran pendamping dalam
metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam proyek pengembangan
masyarakat/ pengembangan komunitas. Prinsip pendekatan Participatory Impact
Monitoring harus ada kepercayaan dan keinginan timbal balik untuk mengelola
proyek dengan metode PIM Anggota masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PIM
berkeinginan untuk menerima perubahan. - Pendamping harus tegas dalam dukungan
metodologi, dan diskusi harus dilakukan oleh kelompok masyarakat itu sendiri.
6. Logical
Framework Approach (LFA).
Metode ini telah diadopsi oleh banyak LSM dan lembaga
donor dunia. Metode LFA dikembangkan oleh Leon J. Rosenberg ketika dikontrak
USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc. sebuah perusahaan yang
didirikan Rosenberg kemudian meluaskan penggunaan metode ini di 35 negara.
LFA secara meluas telah digunakan oleh beberapa
lembaga donor bilateral maupun multilateral seperti GTZ, SIDA, NORAD, DFID,
UNDP dan EC. Pada 1990an, metode ini yang seringkali disyaratkan agar digunakan
pada proposal-proposal program, akan tetapi, beberapa tahun belakangan sudah
lebih menjadi sebagai suatu pilihan.Sangat penting untuk membedakan dua istilah
ini: Logical Framework Approach (LFA) dan LogFrame (LF). Kedua istilah ini
terkadang membingungkan. LFA adalah metode desain proposal proyek, sedangkan LF
adalah dokumen.
Beberapa keunggulan Logical Framework Approach:
a.
Mewadahi pernyataan dari semua komponen kunci dari
suatu program. Ini sangat membantu khususnya saat ada pergantian staff dalam
program tersebut.
b.
Dapat menjelaskan dan merunut secara logis bagaimana
kemungkinan program itu bisa dimplementasikan.
c.
Membantu untuk mengenali skala prioritas capaian
program, serta memastikan jika input dan output program tidak saling
membingungkan antara satu dengan yang lain, dan mengidentifikasi
capaian-capaian diluar target yang sebelumnya tidak diketahui.
d.
Menyediakan suatu dasar untuk melakukan monitoring dan
evaluasi dengan mengidentifikasi indikator-indikator kesuksesan, dan maksud
dari suatu perhitungan atau penaksiran (angka).
e.
Menjelaskan hubungan-hubungan yang mendasari penilaian
terhadap efisiensi dan efektivitas program
f.
Mengidentifikasi faktor utama terkait kesuksesan dari
sebuah program.
g.
Mendorong pendekatan multidispliner untuk persiapan
dan pengawasan dari suatu program. (nanang-publicity.blogspot.com)
7. Enviromental
Sacanning (ES)
Menurut Hunger dan Wheelen
(2000:53-54) : Environtmental scanning is monitoring, evaluating and
disseminating of information from the external and internal environment to key
people within the corporation. A corporation uses this tool to avoid strategic
surprise and to ensure its long term health. Fahey dan Narayanan
(dalam Morrison, 1992) berpendapat bahwa environmental scanning yang
efektif seharusnya dapat membantu pembuat keputusan mengetahui perubahan
potensial yang terjadi di lingkungan eksternal mereka. Environmental
scanning menyediakan penyelidikan strategik yang berguna dalam pemilihan keputusan strategi. Konsekuensi dari aktivitas ini adalah bertambahnya pemahaman akan dampak dari perubahan terhadap organisasi, membantu
meramalkan, dan membawa harapan perubahan yang baik dalam pembuatan keputusan.
Dari berbagai literatur yang ada, pada umumnya sebuah
organisasi melakukan environmental scanning dengan tujuan untuk :
a)
Memahami perubahan kekuatan lingkungan, sehingga
mereka mampu menempatkan diri dalam persaingan masa mendatang.
b)
Menghindari keterkejutan, identifikasi peluang dan
ancaman, mencapai keunggulan kompetitif dan mengembangkan perencanaan jangka
pendek maupun jangka panjang.
c)
Untuk meningkatkan kesadaran para manajer tentang
kemampuan potensial yang be
d)
rpengaruh penting pada lingkungan industrinya dan
mengidentifikasi ada tidaknya peluang dan ancaman di sekitar lingkungan.
e)
Untuk menghindari keterkejutan strategi dan menjamin
kesehatan jangka panjang perusahaan.
Proses analisis lingkungan external
harus dilakukan dengan dasar yang berkelanjutan. Proses ini meliputi empat
kegiatan, yaitu :
a)
Scanning : mengidentifikasi tanda-tanda awal perubahan
lingkungan dan tren.
b)
Monitoring : menemukan arti melalui observasi secara
terus-menerus terhadap perubahan lingkungan dan tren.
c)
Forecasting : membuat proyeksi perkiraan hasil
berdasarkan perubahan dan tren yang dimonitor.
d)
Assessing : menentukan waktu dan arti penting
perubahan lingkungan dan tren terhadap strategi dan manajemen perusahaan.
0 komentar