STRATIFIKASI SOSIAL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai
penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari pada kehormatan maka
mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi
dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan
masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan-lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan
banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan
pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi
memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam
realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan
gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem
lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari
terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di
dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat
dan yang berada di tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya
orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan
bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang mempunyai sesuatu yang
berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam
lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu
berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan
stratifikasi sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi
dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas menengah (middle
class) dan kelas bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial
individu atau kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial
dalam masyarakat maka masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan
dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal
adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat
mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan
yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada
pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka
semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak.
Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan
pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi
memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam
realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan
gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem
lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari
terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
Tinjauan
Pustaka
Perdefinisi, stratifikasi sosial adalah sebuah
konsep yang menunjukkan adanya pembedaan dan/atau pengelompokan suatu
kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat. Misalnya: dalam komunitas
tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah. Pembedaan
dan/atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu simbol -simbol tertentu
yang dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau bernilai secara sosial
, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi
lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Simbol -simbol
tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan
pekerjaan. Dengan kata lain, selama dalam suatu kelompok sosial (komunitas) ada
sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada
stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut. Secara
sosiologis jika dilacak ke belakang konsep stratifikasi sosial memang
kalah populer dengan istilah kelas sosial, dimana istilah
kelas sosial pada awalnya menurut diperkenalkan pertama kali
oleh penguasa Romawi Kuno. Pada waktu itu, istilah kelas sosial digunakan
dalam konteks penggolongan masyarakat terhadap para pembayar pajak. Ketika itu
ada dua masyarakat, yaitu masyarakat golongan kaya dan miskin (Ralf Dahrendorf
,1986).
Perbedaan
secara tegas antara kelas sosial dan status sosial antara lain
dikemukakan Max Weber dengan mengajukan konsep tentang kelas sosial, status
sosial dan partai. Menurut Weber, kelas sosial merupakan stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan hubungan produksi dan
penguasaaan kekayaan. Sedangkan status sosial merupakan
manifestasi dari stratifikasi sosial yang berkaitan dengan prinsip yang dianut
oleh komunitas dalam mengkonsumsi kekayaannya dan/atau gaya hidupnya. Partai
merupakan perkumpulan sosial yang berorientasi penggunaan kekuasaan untuk
mempengaruhi suatu tindakan sosial tertentu.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan
stratifikasi sosial?
2.
Apa yang menyebabkan
terjadinya stratifikasi sosial?
3.
Bagaimana proses pembentukan
pelapisan sosial?
4.
Apakah fungsi dari stratifikasi sosial?
C. Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui dan memahami stratifikasi
sosial.
2.
Mengetahui penyebab terjadinya
stratifikasi sosial
3.
Mengetahui keadaan masyarakat pada
lapisan-lapisan yang berbeda-beda.
4.
Menjelaskan fungsi dan dampak stratifikasi
sosial
PEMBAHASAN
A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu
konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan
berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata stratum
yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A.
Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J.
Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial
yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber
mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Ukuran
atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan
wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur
dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial masyarakat adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua
unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem
sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur
hubungan timbal-balik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku
individu-individu tersebut.
B. Sebab-Sebab
Terjadinya Stratifikasi Sosial
Setiap
masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut,
pasti akan meni mbulkan
lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan
atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau
bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan
yang rendah.
Seseorang
yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau
pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota
masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena
penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu
dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak
mempunyai ketrampilan apapun.
Secara
teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan
kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian.
Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti
terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, pokok-pokok sebagai berikut dapat dijadikan pedoman :
Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi
masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan.
Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup
unsur-unsur antara lain:
·
Distribusi hak-hak istimewa yang
objektif seperti misalnya;penghasilan, kekayaan, keselamatan, (kesehatan, laju
angka kejahatan) wewenang dan sebagainya.
Sistem pertanggaan
yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
·
Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan
kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau
kekuasaan.
·
Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan
pada suatu organisasi mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
·
Solidaritas diantara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedududkan yang sama
dalam system sosial masyarakat seperti;
1) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik,
keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya)
2) Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap
dan nilai-nilai
3) Kesadaran
akan kedudukan masing-masing
4) Aktivitas sebagai organ kolektif
Stratifikasi
sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
·
Terjadinya secara otomatis, karena
factor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia,
jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
·
Terjadinya dengan sengaja untuk
tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik,
Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai
bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk
tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat
tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta
dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan
status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi
atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat
terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antar generasi. Berkaitan
dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu
stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah
sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah
dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti
tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang
tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan
serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk
mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai
banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan
penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi
tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut
tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India
dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak
mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan
ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada
stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar,
sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial
sangat kecil.
C. Dasar-Dasar
Pembentukan Pelapisan Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan
sebagaidasarpembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1. Ukuran
kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan
ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada,
barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan persawahan
dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa siapa yang
bisa untuk membeli hewan ternak itu adalah hanya
orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan
dengan adanya hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak
bisa membiayai untuk kebutuhan hidupnya.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang
paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran
kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai
orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat
mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat
menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua
ataupun orang-orang yang berperilaku dan
berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh
anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang
paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari
kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi
daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan
cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan
membeli skripsi, membuat ijazah palsu
dan seterusnya.
Unsur-unsur stratifikasi :
1. Kedudukan
(Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial
2. Peranan
(Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seperti peranan peternak kambing sebagai penggerak roda perekonomian yang
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Macam-Macam
/ Jenis-Jenis Status Sosial :
1. Ascribed
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
Bentuk stratifikasi sosial diantaranya sebagai berikut :
·
Sistem Kasta (tertutup)
Sistem kasta
memilki karakteristik sistem kelas yang horizontal (strata) yang
merefresentasikan area-area fungsional yang terdapat dalam masyarakat.
Area-area tersebut meliputi religi (agama), pendidikan, pemerintahan dan
bisnis. Masing-masing area kemudian disusun berdasarkan atas tingkat
kepentingan fungsional dalam masyarakatnya.
·
Sistem Estate (tertutup)
Bentuk kedua
dari stratifikasi sosial adalah sistem estate yang pada dasarnya juga
berdasarkan pada sistem kelas tertutup, tetapi lebih luas bila dibandingkan dengan sistem kasta. Sistem estate
mencapai masa kejayaannya pada masa feodalisme di eropa dan masih digunakan
oleh beberapa negara yang tetap mempertahankan sistem aristokrasi atau
kepemilikan tanah secara turun temurun (feodalis Eropa). Istilah ”estate”
berasal dari istilah feodal Eropa.
·
Sistem Kelas (terbuka)
Status sosial yang mereka peroleh dari ukuran ekonomi
yaitu seberapa besar kekayaan yang dipunyai. Ketiga kelas tersebut adalah kelas
atas (kelas kaya), kelas bawah (kelas miskin) dan kelas yang ketiga, yang
berada diantara kelas kaya dan kelas miskin tersebut yakni kelas menengah. Contoh dalam dunia peternakan seperti para peternak kambing yang terdiri
dari beberapa lapisan/stratifikasi baik kelas atas maupun kelas bawah, karena
rata-rata peternak kambing di pedesaan keadaan ekonominya masih jauh dari
mencukupi.
D. Fungsi
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
·
Distribusi hak-hak istimewa yang
objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan
wewenang pada jabatan, pangkat, kedudukan seseorang.
·
Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada
strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan,
Misalnya: Pada seorang yang menerima anugerah penghargaan gelar kebangsawanan, dan lain
sebagainya.
·
Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui
kualitas pribadi keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan,
wewenang atau kekuasaan.
·
Penentuan lambang-lambang (Simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan
bentuk rumah.
·
Tingkat mudah tidaknya bertukar
kedudukan.
·
Alat solidaritas di antara
individu-individu/ kelompok yang menduduki system sosial yang sama dalam masyarakat.
Fungsi Stratifikasi Sosial di dalam bidang Peternakan : Mempermudah dalam
proses penyuluhan maupun proses penggolongan, apakah itu penggolongan berdasarkan
ekonomi maupun pend
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian-uraian yang telah kami paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi
tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak
akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang
berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang
bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya
dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah
karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat
tergolongkan, yaitu kekayaan, kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya
akan berdampak terwujudnya hukum rimba, dimana yang tergolong menjadi kelas
atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas bawah. Didalam stratifikasi sosial
ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada
secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat
sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam
bermasyarakat.
Disamping adanya pendekatan, dalam stratifikasi
juga ada teori. Ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme,
teori Kelangkaan yang mengarah
kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan
teori Weberian yang menagarah
kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
B.
Saran
Masyarakat
diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya
diskriminasi. Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi
sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis
dan merasa cukup dalam hal ini sangat diperlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulsyani, Sosiologi Skematika,
Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
realitas sosial. (Jakarta:
PT
RajaGrafindo.,
2003).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.yogyakarta,andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka jakarta,1989.
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka jakarta,1989.
prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan
2004 jakarta pt bumi aksara.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Ilmu Alamiah Dasar-Ilmu Sosial
Dasar-Ilmu Budaya Dasar (Surabaya: IAIN SA
Press, 2011).
Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat
Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina
Aksara, 1984).
Saptono, dan Bambang Suteng
Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.
Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika
Aditama.
*Mero
0 komentar